PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO (World Health
Organisation) melalui pemantauan ibu meninggal di berbagai belahan dunia
memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan,
persalinan dan nifas (Depkes, 2002).
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan
kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap
pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriaansz.
G. 2006). Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar
antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan di negara – negara maju angka tersebut lebih
kecil yaitu 0,05 % - 0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).
Kasus panggul sempit dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan
bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternative lain dengan mengeluarkan
hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding
perut yang di sebut Sectio Caesarea (Mochtar. R, 1998).
|
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik sectio caesarea, yaitu
transperitonealis, corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar
adalah lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat
pada dinding perut dan rahim (www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah
caesar, yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah
caesar dengan frekuensi di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera
rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu infeksi
pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi akibat luka
operasi. Pada operasi caesar yang direncanakan angka komplikasinya kurang lebih
4,2% sedangkan untuk operasi caesar darurat (sectio caesar emergency) berangka
kurang lebih 19%. Setiap tindakan operasi caesar memiliki tingkat kesulitan
berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin
pada akhir jalan lahir misalnya, sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah
atau cedera pada kandung kemih (robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi
sebelumnya dimana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul sering
menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada
kandung kemih dan usus (www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Pada tahun 2008 jumlah ibu nifas pada RSUD Abepura dilaporkan
sebanyak 1.575 kasus. dari jumlah ibu nifas Post SC dengan indikasi CPD
(chepalopelvik disproporsi) atau panggul sempit sebanyak 46 kasus (3,49%)
(Laporan medik RSUD Abepura, 2008).
Menelaah
uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menerapkan asuhan kebidanan dan menuangkannya dalam bentuk Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu nifas Post Sectio Cesarea
di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas,
studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui manajemen kebidanan pada ibu nifas Post Sectio Cesarea dengan rumusan sebagai berikut :
1.
Bagaimana mengkaji data pada ibu nifas Post Sectio Cesarea indikasi CPD ?
2.
Bagaimana mengintepretasikan
data dasar dan merumuskan diagnosa
kebidanan pada ibu nifas Post SC indikasi
CPD ?
3.
Bagaimana menentukan diagnosa
potensial pada ibu nifas Post SC indikasi CPD ?
4.
Bagaimana menentukan tindakan
segera pada Ibu nifas Post SC indikasi ?
5.
Bagaimana membuat rencana asuhan
kebidanan pada ibu nifas Post SC indikasi CPD ?
6.
Bagaimana melaksanakan tindakan
asuhan kebidanan pada ibu nifas Post SC
indkasi CPD ?
7.
Bagaimana mengevaluasi tindakan
asuhan kebidanan pada ibu nifas Post SC
indikasi CPD ?
8.
Bagaimana mendokumentasikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas Post SC indikasi CPD ?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan kebidanan
pada ibu nifas Post SC indikasi CPD secara komprehensif di Rumah Sakit Umum
Daerah Abepura.
2.
Tujuan Khusus
Agar Penulis mampu
:
a.
Mengkaji data pada ibu nifas
dengan Post Sectio Cesarea indikasi CPD.
b.
Mengintepretasikan data dasar dan
merumuskan diagnosa kebidanan pada ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
c.
Menentukan diagnosa potensial
pada ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
d.
Menentukan tindakan segera pada
Ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
e.
Membuat rencana asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
f.
Melaksanakan tindakan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan Post SC indkasi CPD.
g.
Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
D. MANFAAT
1.
Bagi penulis
Dapat menerapkan manajemen kebidanan kepada pasien yang
membutuhkan pelayanan sesuai dengan ilmu yang didapat.
2.
Bagi Rumah sakit
Dapat menambah pengetahuan bagi bidan dan dapat
meningkatkan mutu dan kualitas dalam melakukan asuhan kebidanan.
3.
Bagi institusi (pendidikan)
Sebagai bahan referensi bagi penyusun Karya Tulis Ilmiah
selanjutnya.
4.
Bagi IBI
Dengan membaca studi kasus ini para
rekan-rekan bidan se-Papua mendapatkan gambaran penerapan Manajemen Asuhan
Kebidanan secara tepat dan benar di tempat kerjanya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
KONSEP DASAR NIFAS
1.
Definisi
Nifas adalah masa dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandung kembali
seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
2.
Klasifikasi Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a.
Puerperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
b.
Puerperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c.
Remote puerperium yaitu waktu
yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau
sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan (Mochtar R, 1998).
|
3.
Tujuan Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk :
a.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,
baik fisik maupun psikologiknya.
b.
Melaksanakan skrining yang
komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c.
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi yang sehat.
d.
Memberikan pelayanan KB.
e.
Mempercepat involusi alat
kandung.
f.
Melancarkan pengeluaran lochea,
mengurangi infeksi puerperium.
g.
Melancarkan fungsi alat gastro
intestinal atau perkamihan.
h.
Meningkatkan kelancaran
peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme. (Mochtar, 1998).
4.
Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas Involusi Traktus
Genetalis
Pada masa nifas, alat genetalia external dan
internal akan berangsur– angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.
a.
Corpus uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur –
angsur menjadi kecil sampai akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
INVOLUSI
|
TINGGI FUNDUS UTERI
|
BERAT UTERUS
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1.000gr
|
Uri lahir
|
2 jari di bawah pusat
|
750 gr
|
I minggu
|
Pertengahan pusat sympisis
|
500 gr
|
2 minggu
|
Tak teraba diatas sympisis
|
350 gr
|
6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gr
|
8 minggu
|
Sebesar normal
|
30 gr
|
(Sumber : Mochtar,
1998)
b.
Endometrium
Perubahan–perubahan endometrium ialah
timbulnya trombosis degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.
Hari I : Endometrium
setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin.
Hari II : Permukaan
mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang mengalami degenerasi.
c.
Involusi tempat plasenta.
Uterus pada bekas inplantasi plasenta
merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta
lahir, penonjolan tersebut dengan diameter ± 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu
telah mencapai 24 mm.
d.
Perubahan pada pembuluh darah
uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang
mengantar darah dari dan ke uterus khususnya ditempat implantasi plasenta
menjadi besar setelah post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh
darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah
plasenta lahir.
e.
Perubahan servix
Segera setelah post partum, servix agak
menganga seperti corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi.
Sedangkan servix tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan
servix uteri berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman
karena pembuluh darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan
pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya
dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.
f.
Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk
lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada
minggu ke – 3 post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi
corunculac mirtiformis.
g.
Perubahan di peritoneum dan
dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta
fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir
berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari
pada kondisi sebelum hamil. (Mochtar, 1998).
5. Adaptasi Psikologi Masa
Nifas
a.
Masa Taking In
1).
Dimulai sejak dilahirkan sampai
2 – 3 hari.
2).
Ibu bersifat pasif dan
berorientasi pada diri sendiri.
3).
Tingkat ketergantungan tinggi.
4).
Kebutuhan nutrisi dan istirahat
tinggi.
b.
Masa Taking Hold
1)
Berlangsung sampai 2 minggu.
2)
Klien mulai tertarik pada bayi.
3)
Ibu berupaya melakukan
perawatan mandiri.
c.
Masa taking Go
1)
Berlangsung pada minggu ke III
– IV.
2)
Perhatian pada bayi sebagai
individu terpisah. (Mochtar, 1998)
6. Aspek – Aspek Klinik Masa
Nifas
a.
Suhu badan dapat mengalami
peningkatan setelah persalinan, tetapi tidak lebih dari 380C. Bila
terjadi peningkatan melebihi 380C
selama 2 hari berturut-turut, maka kemungkinan terjadi infeksi.
kontraksi uterus yang diikuti HIS pengiring menimbulkan rasa nyeri-nyeri ikutan
(after pain) terutama pada multipara, masa puerperium diikuti pengeluaran
cairan sisa lapisan endomentrium serta sisa dari implantasi plasenta yang
disebut lochea.
b.
Pengeluaran lochea terdiri dari
:
1).
Lochea rubra : hari ke 1 – 2.
Terdiri dari
darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa
vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2).
Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3).
Lochea serosa : hari ke 7 – 14.
Berwarna kekuningan.
4).
Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea
purulent.
c.
Payudara
Pada payudara terjadi perubahan
atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara mencapai maturitas yang penuh
selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih menjadi
besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.
Hari kedua post partum sejumlah
colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah
kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung
protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan
lemak sedikit.
d.
Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam
pertama, karena mengalami kompresi antara kepala dan tulang pubis selama
persalinan.
Urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang bersifat menahan air akan mengalani
penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.
e.
System Kardiovarkuler
Normalnya selama beberapa hari
pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi
sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang
ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah
yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali
mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini
kembali normal seperti keadaan tidak hamil.(Saifuddin, 2002).
7. Perawatan Masa Nifas
Perawatan puerperium dilakukan dalam
bentuk pengawasan sebagai berikut :
a.
Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI sehingga kelancaran
pengeluaran ASI terjamin.
1).
Pemeriksaan umum; kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
2).
Pemeriksaan khusus; fisik, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi,
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
3).
Payudara; puting susu atau
stuwing ASI, pengeluaran ASI. Perawatan payudara sudah dimulai sejak hamil
sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi mulai disusui, isapan pada
puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan
oxitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
Produksi akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih sempurna.
4).
Lochea; lochea rubra, lochea
sanguinolenta.
5).
Luka jahitan; apakah baik atau
terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi (kotor, dolor/fungsi laesa dan pus ).
6).
Mobilisasi; karena lelah
sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri dan kekanan serta diperbolehkan untuk
duduk, atau pada hari ke – 4 dan ke- 5 diperbolehkan pulang.
7).
Diet; makan harus bermutu,
bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayuran dan buah-buahan.
8).
Miksi; hendaknya buang air
kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya, paling tidak 4 jam setelah kelahiran.
Bila sakit, kencing dikaterisasi.
9).
Defekasi; buang air besar dapat
dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit bab dan terjadi obstipasi
apabila bab keras dapat diberikan laksans per oral atau perektal. Jika belum
biasa dilakukan klisma.
10).
Kebersihan diri; anjurkan
kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun.
Dari vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian anus. Mengganti
pembalut setidaknya dua kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan kelamin.
11).
Menganjurkan pada ibu agar
mengikuti KB sendini mungkin setelah 40 hari (16 minggu post partum).
12).
Nasehat untuk ibu post partum; sebaiknya
bayi disusui. Psikoterapi post natal sangat baik bila diberikan. Kerjakan
gimnastik sehabis bersalin. Sebaiknya ikut KB.
b.
Imunisasi; bawalah bayi ke RS,
PKM, posyandu atau dokter praktek untuk memperoleh imunisasi
c.
Cuti hamil dan Bersalin
Menurut undang–undang bayi, wanita, pekerja
berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum
bersalin dan 2 bulan sesudah bersalin(Manuaba, 1998).
8. Program dan Kebijakan
Teknis
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan
masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Untuk
mencegah, mendeteksi serta menangani masalah – masalah yang terjadi.
a.
Kunjungan masa nifas terdiri
dari :
1).
Kunjungan I : 6 – 8 jam setalah
persalinan
Tujuannya :
a).
Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
b).
Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut.
c).
Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d).
Pemberian ASI awal.
e).
Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi.
f).
Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermi.
2).
Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Tujuannya
:
a).
Memastikan involusi uterus
berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b).
Menilai adanya tanda–tanda
demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c).
Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, minuman dan istirahat.
d).
Memastikan ibu menyusui dengan
dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e).
Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3).
Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4).
Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a).
Menanyakan ibu tentang penyakit
– penyakit yang dialami.
b).
Memberikan konseling untuk KB
secara dini (Mochtar, 1998).
B.
SECTIO CAESAREA
1.
Definisi
Istilah Sectio Caesarea berasal dari
perkataan latin caedera yang artinya memotong. Pengertian ini sering dijumpai
dalam roman law (lex regia) dan emporer’s law (lex Caesare) yaitu undang-undang
yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus
keluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 1998).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina. (Muchtar, 1998).
Sectio Caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan
dindina rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Prawirohadjo, 2002).
2.
Jenis-jenis Sectio Caesarea
a.
Sectio Caesarea Transperitoneal
1).
Sectio Caesarea Kkasik atau
Korporal yaitu dengan melakukan sayatan vertical sehingga memungkinkan ruangan
yang lebih baik untuk jalan keluar bayi.
2).
Sectio Caesarea Ismika atau Profunda yaitu
dengan melakukan sayatan/insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen bawah
rahim dan diatas tulang kemaluan.
b.
Sectio Caesarea
Ekstraperitoneal
Yaitu tanpa
membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
(Mochtar,1998)
3.
Indikasi
Menurut (Prawiroharjo, 2002 Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal), indikasi Sectio Caesarea adalah :
a.
Indikasi ibu
1).
Disproporsi kepala panggul/CPD/FPD
2).
Disfungsi Uterus
3).
Distosia Jaringan Lunak
4).
Plasenta Previa.
b.
Indikasi Anak
1).
Janin besar
2).
Gawat janin
3).
Letak Lintang.
Adapun indikasi lain dari Sectio Caesarea menurut
Sulaiman 1987 Buku Obstetri Operatif adalah :
a.
Sectio sesarea ke III
b.
Tumor yang menhhalangi jalan
lahir
c.
Pada kehamilan setelah operasi
vagina, misal vistel vesico
d.
Keadaan-keadaan dimana usaha
untuk melahirkan anak pervaginam gagal.
4.
Komplikasi
a.
Pada Ibu
1).
Infeksi Puerperalis/nifas bias
terjadi dari infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang
yaitu kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung,
berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.
2).
Perdarahan akibat atonia uteri
atau banyak pembuluh darah yang terputus dan terluka pada saat operasi
3).
Trauma kandung kemih akbat
kandung kemih yang terpotong saat melakukan sectio caesarea.
4).
Resiko rupture uteri pada
kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami pembedahan pada didind rahim
insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat berisiko untuk
rupture pada persalinan berikutnya.
b.
Pada Bayi
1).
Hipoksia
2).
Depresi pernafasan
3).
Sindrom gawat pernafasan
4).
Truma persalinan (www.tutorialkuliah.blogspot.com/2009).
5.
Penatalaksaan
Penatalaksaan medis post-op Sectio Caesarea secara
singkat :
a.
Awasi TTV sampai pasien sadar
b.
Pemberian cairan dan diit
c.
Atasi nyeri yang ada
d.
Mobilisasi secara dini dan
bertahap
e.
Kateterisasi
f.
Jaga kebersihan luka operasi
g.
Berikan obat antibiotic dan
analgetik (Muchtar R, 1998).
C.
PANGGUL SEMPIT (CHEPALOPELVIK DISPROPORSI/CPD)
1.
Definisi
Dalam Obstetri yang terpenting bukan
panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional
artinya perbandingan antara kepala dan panggul.
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
a.
Kesempitan pintu atas panggul
b.
Kesempitan bidang bawah panggul
c.
Kesempitan pintu bawah panggul
d.
Kombinasi kesempitan pintu atas
pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari
10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm
Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan
kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang
dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua
ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.
2.
Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan
kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
a.
Kelainan karena gangguan
pertumbuhan
1).
Panggul sempit seluruh : semua
ukuran kecil
2).
Panggul picak : ukuran muka
belakang sempit, ukuran melintang biasa
3).
Panggul sempit picak : semua
ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang
4).
Panggul corong : pintu atas
panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
5).
Panggul belah : symphyse
terbuka
b.
Kelainan karena penyakit tulang
panggul atau sendi-sendinya
1).
Panggul rachitis : panggul
picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
2).
Panggul osteomalacci : panggul
sempit melintang
3).
Radang articulatio sacroilliaca
: panggul sempit miring
c.
Kelainan panggul disebabkan
kelainan tulang belakang
1).
Kyphose didaerah tulang
pinggang menyebabkan panggul corong
2).
Sciliose didaerah tulang
panggung menyebabkan panggul sempit miring.
d.
Kelainan panggul disebabkan
kelainan aggota bawah
Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul
sempit miring.
e.
fraktura dari tulang panggul
yang menjadi penyebab kelainan panggul (www.tabloid-nakita.com/2009).
3.
Klasifikasi
a.
Kesempitan bidang tengah panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara
pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira
pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5.
1).
Ukuran yang terpenting dari
bidang ini adalah :
a).
Diameter transversa ( diameter
antar spina ) 10 ½ cm
b).
Diameter anteroposterior dari
pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 ½ cm
c).
Diameter sagitalis posterior
dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm
2).
Dikatakan bahwa bidang tengah
panggul itu sempit :
a).
Jumlah diameter transversa dan
diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5
cm)
b).
Diameter antara spina < 9 cm
Ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara
klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan
bidang tengah panggul kalau :
a)
Spinae ischiadicae sangat
menonjol
b)
Kalau diameter antar tuber
ischii 8 ½ cm atau kurang
Prognosa kesempitan bidang tengah panggul
dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau
kurang kadang-kadang diperlukan SC.
Terapi, kalau persalinan terhenti karena
kesempitan bidang tengah panggul, maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum,
karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
b.
Kesempitan pintu bawah panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar
tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1).
Diameter transversa (diameter
antar tuberum ) 11 cm
2).
Diameter antara posterior dari
pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm
3).
Diameter sagitalis posterior
dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm
Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis
ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis
meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan
kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut thomas dustacia dapat terjadi
kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm (
normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya
bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat
menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang
memaksa kita melakukan SC, tetapi dapat diselesaikan dengan forcep dan dengan
episiotomy yang cukup luas.
4.
Pengaruh Panggul Sempit Pada Kehamilan dan Persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang
besar pada kehamilan maupun persalinan.
a.
Pengaruh pada kehamilan
1).
Dapat menimbulkan retrafexio
uteri gravida incarcerata
2).
Karena kepala tidak dapat turun
maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah
3).
Kadang-kadang fundus menonjol
ke depan hingga perut menggantung
4).
Perut yang menggantung pada
seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit
5).
Kepala tidak turun kedalam
panggul pada bulan terakhir
6).
Dapat menimbulkan letak muka,
letak sungsang dan letak lintang.
7).
Biasanya anak seorang ibu
dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
b.
Pengaruh pada persalinan
1).
Persalinan lebih lama dari
biasa.
a).
Karena gangguan pembukaan
b).
Karena banyak waktu
dipergunakan untuk moulage kepala anak
c).
Kelainan pembukaan disebabkan
karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu
atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan
cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
2).
Pada panggul sempit sering
terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :
a).
Pada panggul puncak sering
terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari
diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
b).
Asynclitismus sering juga
terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang
kancing)
c).
Pada oang sempit kepala anak
mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan
lahir sekecil-kecilnya
d).
Pada panggul sempit melintang
sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada
pintu atas panggul.
e).
Dapat terjadi ruptura uteri
kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan
oleh panggul sempit
f).
Sebaiknya jika otot rahim
menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra
partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan
kematian anak didalam rahim.
g).
Kadang-kadang karena infeksi
dapat terjadi tympania uteri atau physometra.
h).
Terjadi fistel : tekanan yang
lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.
i).
Nekrosa menimbulkan fistula
vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih
sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse
sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat karena adanya rongga sacrum.
j).
Ruptur symphyse dapat terjadi,
malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
k).
Kalau terjadi symphysiolysis
maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat
tungkainya.
l).
Parase kaki dapat menjelma
karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang
paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus.
3).
Pengaruh pada anak
a).
Patus lama misalnya: yang lebih
dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian
perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
b).
Prolapsus foeniculli dapat
menimbulkan kematian pada anak
c).
Moulage yang kuat dapat
menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang
lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda
tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan
dapat terjadi fraktur impresi. (www.ilmukeperawatan.
com/2009).
5.
Persangkaan Panggul sempit
Seorang ibu harus ingat akan kemungkinan
panggul sempit kalau :
a.
Primipara kepala anak belum
turun setelah minggu ke 36
b.
Pada primipara ada perut
menggantung
c.
pada multipara persalinan yang
dulu – dulu sulit
d.
Kelainan letak pada hamil tua
e.
Kelainan bentuk badan (Cebol,
scoliose, pincang dan lain-lain)
f.
Osborn positip (www.tabloid-nakita.com/2009).
Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai
faktor, yakni :
a.
Bentuk panggul
b.
Ukuran panggul, jadi derajat
kesempitan
c.
Kemungkinan pergerakan dalam
sendi-sendi panggul
d.
Besarnya kepala dan kesanggupan
moulage kepala
e.
Presentasi dan posisi kepala
f.
His
Diantara faktor faktor tersebut diatas
yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya
ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak yang
cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8
½ cm. Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat
diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC
primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut) Sebaliknya pada CV
antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :
a.
Riwayat persalinan yang lampau
b.
Besarnya presentasi dan posisi
anak
c.
Pecahnya ketuban sebelum
waktunya memburuknya prognosa
d.
His
e.
Lancarnya pembukaan
f.
Infeksi intra partum
g.
Bentuk panggul dan derajat
kesempitan
Karena banyak faktor yang mempengaruhi
hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm (sering disebut
panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan
percobaan. (www.stasiunbidan.com/2009).
6.
Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan adalah
untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatif
sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi
tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak
lainnya.
Persalinan percobaan dimulai pada
permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa
persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per
vaginam.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil
kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi
(forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
a.
Kita menghentikan persalinan
percobaan kalau :
1).
Pembukaan tidak atau kurang
sekali kemajuaannya
a).
Keadaan ibu atau anak menjadi
kurang baik
b).
Kalau ada lingkaran retraksi
yang patologis
2).
Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya
ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his
cukup kuat
3).
Forcep gagal
Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC
dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan
berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi
b.
Dalam istilah Inggris, ada 2
macam persalinan percobaan :
1).
Trial of labor : serupa dengan
persalinan percobaan yang diterangkan diatas
2).
Test of labor : sebetulnya
merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada
pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya. Kalau dalam 2 jam setelah
pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor
dikatakan berhasil.
c.
Sekarang test of labor jarang
dilakukan lagi karena:
1).
Seringkali pembukaan tidak
menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit
2).
Kematian anak terlalu tinggi
dengan percobaan tersebut (www.ilmukeperawatan.com/2009).
D.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
Proses manajemen asuhan kebidanan
pada ibu nifas dapat dijelaskan dalam 7 langkah menurut Helen Varney (2002).
Langkah I :
Pengkajian ( pengumpulan data dasar )
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu
:
1.
Biodata.
2.
Riwayat kesehatan sekarang.
Pemeriksaan fisik :
1.
Tekanan darah, suhu badan,
denyut nadi, pernapasan.
2.
Keadaan muka, konjungtiva,
tenggorokan jika perlu.
3.
Buah dada dan puting susu.
4.
Auskultasi paru – paru jika
perlu.
5.
Abdomen; kandung kemih, uterus,
diastasis.
6.
Lochea ; warna, jumlah, bau.
7.
Perineum; odema. Inflamasi,
hematoma, pus, bekas luka episiotomi, jahitan, memar, hemoreoid.
8.
Extremitas; varices, betis
apakah lemah, dan panas, odema, tanda–tanda human, refleks.
9.
Data Penunjang
Langkah II :
Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap maslah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Beberapa masalah tidak
dapat diselesaikan seperti diagnosis tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang
dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Masalah ini sering menyertai diagnosa.
1.
lbu nifas dengan
infeksi luka sectio caesarea hari
kedua.
2.
Keadaan luka : basah, nanah atau PUS, nyeri ada.
Langkah III
: Mengidentifikasi Masalah
Potensial Post SC
Melakukan identifikasi yang benar
terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu post
partum dan nifas tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu. Antisipasi Diagnosa
Potensial : Menjaga kemungkinan yang akan timbul dan upaya pencegahannya.
Komplikasi yang timbul dapat bersifat ringan atau berat.
Langkah
IV :
Identifikasi Dan Menetapkan Tindakan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasi
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi pasien.
1.
Kolaborasi dengan dokter : Terapi.
2.
Kolaborasi dengan laboratorium
Cek : Darah DDR dan LED
Langkah V
: Membuat Rencana Asuhan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang
rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah.
Langkah VI
: Implementasi Asuhan
Mengarahkan atau melaksanakan asuhan
secara efisien dan aman terhadap ibu. Bila dilakukan sendiri oleh bidan atau
sebagian oleh tenaga kesehatan lainnya atau secara Tim maka bidan bertanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII
: Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana dan menyusun rencana tindak lanjut.
LANDASAN TEORI
A. Pendahuluan
Masa nifas adalah masa pulih atau kembali, mulai dari persalinan
selesai, sampai alat-alat kandung kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rusman Muchtar, 1998).
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea
3. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
4. Perubahan sistem tubuh lainnya
5. Perubahan psikis/psikologis
Tujuan
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
2. Melakukan skrening yang komprehensif
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
dari, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
(Prawirohardjo, 2002)
B. Depresi Post Partum
1. Sejarah
Depresi setelah melahirkan sudah dikenal sejak 460 tahun sebelum masehi,
lewat pengungkapan oleh hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian
dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir
ini muncul banyak informasi.
2. Pengertian
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung 30 hari
Gejala konstan dan persisten akan menurunkan dan bisa sembuh dengan
sendirinya setelah 30 hari berlangsung. Gejala yang menonjol pada depan
depresi post partum adalah adanya trias depresi.
Trias depresi
a. Berkurang energi
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)
Disebabkan karena gangguan hormonal, hormon yang terkait dengan
terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan
progesteron.
Depresi post partum berbeda dengan baby blues.
Baby blues termasuk dalam depresi ringan berupa penurunan efek pada ibu
hamil trimester III dan 1 minggu setelah melahirkan (Margono, Kuliah
Ilmu Kedokteran Jiwa, 20 Februari 2007) www.google.com
Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu kondisi di
mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram atau
bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu dua
hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih tergolong
normal dan sifatnya sementara.
Macam-macam post partum syndrome
a. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari
saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan
dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya
berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat
pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
b. Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang
membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi
dua minggu sampai setahun setelah melahirkan
c. Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi,
memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang
nantinya jadi tergantung secara keseluruhan
(www.depresimelahirkan.com)
3. Etiologi/penyebab
a. Keadaan normal
b. Dukungan sosial
c. Emotional relation ship
d. Komunikasi dan kedekatan
e. Struktur keluarga
f. Antropologi
g. Perkawinan
h. Demografi
i. Stressor psikososial
j. Lingkungan
4. Gejala/Tanda-tanda
a. Perasaan sedih yang menyeluruh
b. Ketidakmampuan berhenti menangis
c. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan
bayinya)
d. Rasa tidak aman
e. Kelelahan yang berlebihan
f. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir
g. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya
h. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri
Perbedaan kecenderungan depresi post partum antara ibu primipara dan ibu
multipara
Tentukan sebagai ibu akan dirasakan semakin berat karena kurangnya
pengetahuan perepuan akan perawatan bayi, terutama pada perempuan yang
baru pertama kali melahirkan (primipara). Perbedaan kecenderungan
depresi postpartum antara ibu primipara dan multipara dengan
pemeliharaan dan hipotesis menunjukkan depresi post partum ibu
primipara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara yang
diakibatkan oleh kurangnya penyesuaian diri terhadap peran dan tanggung
jawabnya sebagai seorang ibu (Indri Astuti, F. Psikologis UMS depresi
melahirkan, www.geogle.com.)
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
LANDASAN TEORI
A. Pendahuluan
Masa nifas adalah masa pulih atau kembali, mulai dari persalinan
selesai, sampai alat-alat kandung kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rusman Muchtar, 1998).
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea
3. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
4. Perubahan sistem tubuh lainnya
5. Perubahan psikis/psikologis
Tujuan
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
2. Melakukan skrening yang komprehensif
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
dari, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
(Prawirohardjo, 2002)
B. Depresi Post Partum
1. Sejarah
Depresi setelah melahirkan sudah dikenal sejak 460 tahun sebelum masehi,
lewat pengungkapan oleh hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian
dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir
ini muncul banyak informasi.
2. Pengertian
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung 30 hari
Gejala konstan dan persisten akan menurunkan dan bisa sembuh dengan
sendirinya setelah 30 hari berlangsung. Gejala yang menonjol pada depan
depresi post partum adalah adanya trias depresi.
Trias depresi
a. Berkurang energi
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)
Disebabkan karena gangguan hormonal, hormon yang terkait dengan
terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan
progesteron.
Depresi post partum berbeda dengan baby blues.
Baby blues termasuk dalam depresi ringan berupa penurunan efek pada ibu
hamil trimester III dan 1 minggu setelah melahirkan (Margono, Kuliah
Ilmu Kedokteran Jiwa, 20 Februari 2007) www.google.com
Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu kondisi di
mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram atau
bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu dua
hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih tergolong
normal dan sifatnya sementara.
Macam-macam post partum syndrome
a. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari
saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan
dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya
berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat
pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
b. Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang
membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi
dua minggu sampai setahun setelah melahirkan
c. Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi,
memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang
nantinya jadi tergantung secara keseluruhan
(www.depresimelahirkan.com)
3. Etiologi/penyebab
a. Keadaan normal
b. Dukungan sosial
c. Emotional relation ship
d. Komunikasi dan kedekatan
e. Struktur keluarga
f. Antropologi
g. Perkawinan
h. Demografi
i. Stressor psikososial
j. Lingkungan
4. Gejala/Tanda-tanda
a. Perasaan sedih yang menyeluruh
b. Ketidakmampuan berhenti menangis
c. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan
bayinya)
d. Rasa tidak aman
e. Kelelahan yang berlebihan
f. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir
g. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya
h. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri
Perbedaan kecenderungan depresi post partum antara ibu primipara dan ibu
multipara
Tentukan sebagai ibu akan dirasakan semakin berat karena kurangnya
pengetahuan perepuan akan perawatan bayi, terutama pada perempuan yang
baru pertama kali melahirkan (primipara). Perbedaan kecenderungan
depresi postpartum antara ibu primipara dan multipara dengan
pemeliharaan dan hipotesis menunjukkan depresi post partum ibu
primipara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara yang
diakibatkan oleh kurangnya penyesuaian diri terhadap peran dan tanggung
jawabnya sebagai seorang ibu (Indri Astuti, F. Psikologis UMS depresi
melahirkan, www.geogle.com.)
Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi
a. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah
mengganggu waktu istirahat anda
b. Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam
jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi
c. Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa
lebih rileks disarankan musik-musik yang menenangkan
d. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh
dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk
tubuh
e. Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena
berada di rumah
f. Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya
sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.
(www.depresimelahirkan.com)
pasien post partum depression dapat memperoleh bantuan dari psikiateer
atau ahli kejiwaan dan psikologi. Pada terapi penyembuhan yang awal,
pasien tidak akan diberikan obat-obatan untuk diminum, tetapi lebih
kepada dukungan secara psikologis yang juga melihat orang-orang terdekat
pasien. Jangan takut memberi informasi kepada pihak-pihak yang dapat
membantu.
Perawatan depresi
Ada dua macam perawatan depresi :
a. Terapi bicara :
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk
mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat
menderita depresi.
b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat
anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan
aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui.
Efek bila depresi tidak dirawat
Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat
bayinya. Dan akan mempengaruhi kemampuan bayi dalam kedekatan
emosionalnya dengan orang lain, dalam masalah bersikap, tingkat
aktifitas yang lemah, masalah tidur dan distress
(www.depresimelahirkan.com)
5. Penatalaksanaan
a. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk
mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum
b. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang
beresiko
c. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik
selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi
post partum
d. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk
demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah
e. Kaji proses hubungan ibu dan anak
f. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk
memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan
adalah normal
g. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari
beberapa hari dia harus berkonsultasi
h. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda
depresi berlanjut.
Bidan dapat membantu dengan cara :
a. Sensitif pada reaksi ibu
b. Terlibat dengan terjadinya pada bulan-bulan awal setelah
kelahiran
c. Menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi sehingga ibu dapat
mengekspresikan persoalan, keraguan dan kecemasan
Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan
obat-obatan dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan
perlu dirawat di rumah sakit.
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
A. Pendahuluan
Masa nifas adalah masa pulih atau kembali, mulai dari persalinan
selesai, sampai alat-alat kandung kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rusman Muchtar, 1998).
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea
3. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
4. Perubahan sistem tubuh lainnya
5. Perubahan psikis/psikologis
Tujuan
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
2. Melakukan skrening yang komprehensif
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
dari, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
(Prawirohardjo, 2002)
B. Depresi Post Partum
1. Sejarah
Depresi setelah melahirkan sudah dikenal sejak 460 tahun sebelum masehi,
lewat pengungkapan oleh hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian
dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir
ini muncul banyak informasi.
2. Pengertian
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung 30 hari
Gejala konstan dan persisten akan menurunkan dan bisa sembuh dengan
sendirinya setelah 30 hari berlangsung. Gejala yang menonjol pada depan
depresi post partum adalah adanya trias depresi.
Trias depresi
a. Berkurang energi
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)
Disebabkan karena gangguan hormonal, hormon yang terkait dengan
terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan
progesteron.
Depresi post partum berbeda dengan baby blues.
Baby blues termasuk dalam depresi ringan berupa penurunan efek pada ibu
hamil trimester III dan 1 minggu setelah melahirkan (Margono, Kuliah
Ilmu Kedokteran Jiwa, 20 Februari 2007) www.google.com
Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu kondisi di
mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram atau
bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu dua
hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih tergolong
normal dan sifatnya sementara.
Macam-macam post partum syndrome
a. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari
saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan
dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya
berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat
pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
b. Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang
membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi
dua minggu sampai setahun setelah melahirkan
c. Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi,
memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang
nantinya jadi tergantung secara keseluruhan
(www.depresimelahirkan.com)
3. Etiologi/penyebab
a. Keadaan normal
b. Dukungan sosial
c. Emotional relation ship
d. Komunikasi dan kedekatan
e. Struktur keluarga
f. Antropologi
g. Perkawinan
h. Demografi
i. Stressor psikososial
j. Lingkungan
4. Gejala/Tanda-tanda
a. Perasaan sedih yang menyeluruh
b. Ketidakmampuan berhenti menangis
c. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan
bayinya)
d. Rasa tidak aman
e. Kelelahan yang berlebihan
f. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir
g. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya
h. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri
Perbedaan kecenderungan depresi post partum antara ibu primipara dan ibu
multipara
Tentukan sebagai ibu akan dirasakan semakin berat karena kurangnya
pengetahuan perepuan akan perawatan bayi, terutama pada perempuan yang
baru pertama kali melahirkan (primipara). Perbedaan kecenderungan
depresi postpartum antara ibu primipara dan multipara dengan
pemeliharaan dan hipotesis menunjukkan depresi post partum ibu
primipara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara yang
diakibatkan oleh kurangnya penyesuaian diri terhadap peran dan tanggung
jawabnya sebagai seorang ibu (Indri Astuti, F. Psikologis UMS depresi
melahirkan, www.geogle.com.)
Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi
a. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah
mengganggu waktu istirahat anda
b. Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam
jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi
c. Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa
lebih rileks disarankan musik-musik yang menenangkan
d. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh
dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk
tubuh
e. Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena
berada di rumah
f. Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya
sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.
(www.depresimelahirkan.com)
pasien post partum depression dapat memperoleh bantuan dari psikiateer
atau ahli kejiwaan dan psikologi. Pada terapi penyembuhan yang awal,
pasien tidak akan diberikan obat-obatan untuk diminum, tetapi lebih
kepada dukungan secara psikologis yang juga melihat orang-orang terdekat
pasien. Jangan takut memberi informasi kepada pihak-pihak yang dapat
membantu.
Perawatan depresi
Ada dua macam perawatan depresi :
a. Terapi bicara :
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk
mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat
menderita depresi.
b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat
anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan
aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui.
Efek bila depresi tidak dirawat
Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat
bayinya. Dan akan mempengaruhi kemampuan bayi dalam kedekatan
emosionalnya dengan orang lain, dalam masalah bersikap, tingkat
aktifitas yang lemah, masalah tidur dan distress
(www.depresimelahirkan.com)
5. Penatalaksanaan
a. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk
mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum
b. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang
beresiko
c. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik
selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi
post partum
d. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk
demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah
e. Kaji proses hubungan ibu dan anak
f. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk
memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan
adalah normal
g. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari
beberapa hari dia harus berkonsultasi
h. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda
depresi berlanjut.
Bidan dapat membantu dengan cara :
a. Sensitif pada reaksi ibu
b. Terlibat dengan terjadinya pada bulan-bulan awal setelah
kelahiran
c. Menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi sehingga ibu dapat
mengekspresikan persoalan, keraguan dan kecemasan
Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan
obat-obatan dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan
perlu dirawat di rumah sakit.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN
DEPRESI POST PARTUM TERHADAP Ny. “Y”
DI BPS SEHAT SENTOSA PEKALONGAN
TAHUN 2007
I. PENGUMPULAN DATA DASAR tanggal 21 Juli 2007 pukul 14.00 WIB
A. Identitas
Nama : Yeni Susanti Nama suami : Jatmiko
Umur : 21 tahun umur :
30 tahun
Agama : Islam Agama :
Islam
Pendidikan : DIII Pendidikan : S1
Suku : Jawa Suku
: Jawa
Alamat : Jalan Melati No. 45 Alamat : Jalan
melati No. 45
Kota Alam Kota Alam
B. Anamnesa
1. Keluhan utama
Ibu post partum 2 minggu yang lalu mengeluh sangat merasa sedih, tidak
ingin melihat apalagi mendekati bayinya, karena lahir bayi perempuan,
ibu tidak nafsu makan, merasa lelah yang berlebihan dan tidak bisa
tidur.
2. Riwayat persalinan
Anak lahir tanggal : 7 Juli 2007 pukul 12.30 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Jenis persalinan : Spontan
No
Keadaan
Uraian
Jumlah Perdarahan
Lamanya
1.
Kala I
Lamanya 5 jam
Blood slym
4 jam 45 menit
2.
Kala II
Pukul 12.30 WIB, persalinan spontan jenis kelamin perempuan, BB 3500
gram, PB 48 cm , apgar score 10 rupture perineum tidak ada
50 cc
15 menit
3.
Kala III
Plasenta lahir pukul 12.45 dengan manajemen aktif kala III, berat
plasenta 500 gr, panjang tali pusat 20 cm, kotiledon dan fisik lengkap
150 cc
15 menit
4.
Kala IV
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TFU 2 jari di bawah pusat
kontraksi baik, tidak ada nyeri tekan TD : 120/70, RR : 20 x/menit,
suhu 360C, pols 80 x/menit
100 cc
2 jam
3. Pola Kehidupan
a. Eliminasi
Sebelum melahirkan : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari
Ibu mengatakan BAK 6-8 kali perhari/sesuai jumlah banyak, jernih
Setelah melahirkan : Ibu mengatakan BAB 2 kali sehari
Ibu mengatakan BAK 3-4 kali sehari, jumlah banyak dan warna jernih
b. Nutrisi
Sebelum melahirkan : ibu makan 3 kali sehari, dengan porsi 1 piring
nasi, ½ mangkuk sayur, lauk-pauk, tempe, tahu, kadang ikan/ayam. Ibu
sering minum susu, nafsu makan ada, minum 6-8 gelas/hari
Setelah melahirkan : ibu makan 2 kali sehari, dengan porsi ½
piring nasi, ¼ mangkuk sayur, lauk-pauk, tempe, tahu, kadang ikan/ayam.
Ibu sering minum susu, nafsu makan ada, minum 6-8 gelas/hari
c. Istirahat
Sebelum melahirkan : ibu mengatakan tidur 7-8 jam /hari
Setelah melahirkan : ibu mengatakan sulit tidur, tidur 4-5
jam/hari
d. Aktifitas
Sebelum melahirkan : ibu bekerja dan beraktivitas seperti biasa
dengan sendiri
Setelah melahirkan : ibu mengatakan masih perlu bantuan untuk
beraktivitas
e. Personal hygiene
Sebelum melahirkan : mandi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari,
cuci rambut 3 kali seminggu
Setelah melahirkan : mandi 1 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari,
cuci rambut 1 x seminggu
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan ibu sekarang adalah sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan,
perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak perhatian
terhadap bayinya dan penampilan dirinya.
5. Keadaan psikologi
Ibu sedih tidak mau melihat atau merawat bayinya karena bayi lahir
perempuan ibu cemas takut bila suami dan keluarga tidak menyukai
bayinya.
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : ibu tampak kusut dan lemah
Kesadaran : composmentis
b. Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36oC
RR : 24 x/menit
c. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
1) Rambut : hitam, pendek dan agak lepek
2) Wajah : tidak ada oedema dan cloasma
gravidarum
3) Mata : konjungtiva agak pucat, skelera
tidak ikterik, tidak ada pembengkakan
4) Hidung : simetris, bersih, tidak ada
peradangan, tidak ada polip, fungsi penciuman normal
5) Mulut : kurang bersih, terdapat stomatitis,
tidak ada caries, pengecapan baik
6) Telinga : simetris kanan/kiri, keadaan bersih,
pendengaran normal
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan vena jugolaris
8) Dada : simetris kanan dan kiri, gerakan dada
saat inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi, tidak
terdengar wheezing, suara nafas baik, jantung tidak ada mur-mur.
9) Payudara : simetris kanan/kiri, puting menonjol,
tidak ada benjolan, keadaan kurang bersih, terjadi pembengkakan
10) Abdomen : TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan,
terdapat strie albican
11) Genetalia : genetalia kurang bersih, tidak ada luka
heating, lochea alba, tidak ada oedema dan hemoroid.
12) Ekstremitas :
Atas : simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat,
bebas digerakkan, lengkap, kurang bersih, kuku pada jari tangan
panjang-panjang dan kotor
Bawah : simetris kanan-kiri, tidak ada cacat, bebas di
gerakan, lengkap kurang bersih, kuku pada jari kaki panjang dan kotor
tidak ada varices dan oedema.
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
A. Diagnosa
Ibu P3Ao post partum 2 minggu dengan depresi post partum
Dasar :
Ibu P3Ao post partum tanggal 21 Juli 2007 pukul 14.00 WIB
Ibu mengatakan sulit tidur, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya,
tidak senang melihat bayinya, tidak mau mendekati bayinya, tidak ada
perhatian terhadap penampilannya dengan keadaan ibu yang kotor dan
lemah.
B. Masalah
Gangguan pemenuhan nutrisi
Dasar :
a. P3Ao post partum tanggal 21 Juli 2007 pukul 14.00 WIB
b. Ibu tidak nafsu makan
c. Ibu makan 2 kali sehari dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk
sayur dan lauk pauk
Gangguan pola istirahat
Dasar :
a. P3Ao post partum tanggal 21 Juli 2007 pukul 14.00 WIB
b. Ibu mengatakan sulit tidur, tidur 4-5 jam/hari
c. Ibu tidak pernah tidur siang
Gangguan personal hygiene
Dasar :
a. Ibu tidak perhatian terhadap dirinya dengan keadaan tubuh yang
kotor
b. Ibu tidak mandi 1x seminggu
c. Ibu cuci rambut 1 x seminggu
d. Ibu tidak mau merawat diri
C. Kebutuhan
1. Informasi perawatan bayi sehari-hari
2. Pemenuhan nutrisi ibu nifas
3. Penyuluhan personal hygiene
4. Penanganan depresi post partum
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
1. Potensial terjadi depresi berat
Dasar :
a. Ibu sulit tidur
b. Ibu merasa sedih
c. Ibu tidak mau melihat apalagi mendekati bayinya
d. Ibu tidak ada perhatian terhadap penampilah dirinya
2. Potensial mastitis dan abses
Dasar :
a. Keadaan payudara yang kotor
b. Air susu yang tidak disusukan pada anaknya
IV. KEBUTUHAN TERHADAP INTERVENSI DAN KOLABORASI SEGERA
Kolaborasi dengan dokter atau psikiater untuk mendapat terapi
V. PERENCANAAN ASUHAN
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
a. Jelaskan pada ibu bahwa ibu menderita depresi post partum yaitu
depresi setelah melahirkan karena tidak mengingkan anak perempuan.
b. Libatkan keluarga untuk membantu ibu untuk beristirahat,
melakukan aktivitas dan melakukan interaksi dengan bayinya.
2. Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
a. Memantau keadaan ibu apakah masih lemah dan kusut
b. Memantau TD, nadi, suhu dan pernafasan ibu
3. Bantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene
a. Anjurkan pada ibu untuk makan 3 x sehari dengan menu yang sehat
dan bergizi.
b. Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan dengan mandi sehari 2 kali,
mencuci rambut 2 hari 1 kali, memotong kuku dan membersihkan payudara.
4. Ajarkan tentang perawatan bayi
a. Ajarkan cara memandikan bayi
b. Ajarkan tentang cara perawatan tali pusat
c. Ajarkan pada ibu tentang pemenuhan nutrisi yang baik untuk bayi
5. Libatkan keluarga dan teman-teman terdekatnya untuk memberi
dukungan dan semangat
6. Jelaskan faktor-faktor yang memperberat depresi dan cara
penanganannya
a. Jelaskan hal-hal lain yang bisa menambah berat depresi
b. Ajarkan ibu bagaimana cara penanganan, depresi postpartum
7. Kolaborasi dengan dokter atau psikiater
VI. IMPLEMENTASI ATAU PELAKSANAAN
1. a. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat
ini bahwa ibu menderita, depresi post partum yaitu depresi setelah
melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan hormonal, dukungan sosial,
emotional relation ship (teman dekat) komunikasi dan kedekatan,
setruktur keluarga, antropologi, perkawinan, demografi, psikososial dan
lingkungan
b. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami depresi karena tidak
menghendaki lahirnya anak perempuan, oleh karena itu beri penjelasan
pada ibu bahwa anak perempuan maupun laki-laki sama saja, karena
sama-sama titipan Tuhan.
2. Mengobservasi keadaan ibu yaitu tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan ibu, melihat apakah ibu masih lemah
3. Membantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene
dengan cara menganjurkan ibu untuk makan 3 x sehari dengan menu yang
sehat dan bergizi, ibu bisa makan nasi dengan lauk, seperti tempe, tahu,
telor, ikan, atau daging. Ibu anjurkan banyak makan buah untuk
memulihkan keadaan.
4. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi yang benar, mandi lap,
dan mandi rendam. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat dengan kasa
steril, kasa tidak boleh basah dengan alkohol atau betadin. Alkohol atau
betadin hanya dioles dengan cotenbooth
5. Menganjurkan keluarga dan teman-teman terdekat untuk memberi
dukungan untuk membantu ibu menjalin interaksi dengan anaknya dengan
cara menggendong bayinya, menyusuinya
6. Menjelaskan pada ibu bahwa ada
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ