BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia 2002
– 2003, angka kematian neonatal sebesar 20 per 100 kelahiran hidup. Dalam satu
tahun sekitar 89.000 bayi berumur dibawah 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6
menit ada 1 bayi meninggal. Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama
kematian neonatal (27%) setelah BBLR (29%).
Secara umum penyebab asfiksia dibagi dalam 3 faktor: faktor
ibu, faktor tali pusat dan faktor bayi itu sendiri seperti: bayi
prematur(<37 minggu), persalinan dengan tindakan (rangsang, bayi kembar,
distonsia bahu, ekstrasi vakum, forcep), kelahiran bawaan dan air ketuban
bercampur mekonium.
Pertolongan persalinan
dengan tenaga kesehatan telah mencapai 73,14% (profil kesehatan Indonesia,
2003) dan sebagian besar persalinan tersebut dilakukan oleh Bidan. Bidan
sebagai penolong persalinan, sering kali dihadapkan dengan keadaan bayi lahir
mengalami asfiksia. Dimana asfiksia dapat menyebabkan cacat mental, pneumonia,
dan kematian. Dalam keadaan demikian Bidan harus melakukan tindakan tertentu
agar BBL dapat bernafas spontan segera mungkin. Untuk dapat melakukan tindakan
tersebut , Bidan harus trampil dan kompentensi dalam manajen asfiksia BBL dan
juga diperlukan perawatan yang intensif.
Maka pada kesempatan ini penulis tertarik untuk
memberikan asuhan dengan asfiksia sedang.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan
kebidanan pada bayi dengan asfiksia sedang secara komprehensif
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah
menyusun asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1.2.2.1. Mengkaji data bayi dengan asfiksia sedang.
1.2.2.2. Mengidentifikasi diagnosa/masalah bayi dengan
asfiksia sedang.
1.2.2.3. Mengantisipasi diagnosa/maasalah potensial bayi dengan asfiksia
sedang.
1.2.2.4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi dengan asfiksia
sedang
1.2.2.5. Membuat rencana asuhan kebidanan pada bayi
dengan asfiksia sedang.
1.2.2..6. Melaksanakan rencana asuhan pada bayi dengan asfiksia sedang.
1.2.2.7. Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan.
1.3. Teknik Pengumpulan Data
Asuhan kebidanan
disusun dengan cara:
1.3.1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien untuk
mengetahui ada keluhan/tidak.
1.3.2. Studi Dokumentasi
Semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan
dokumen baik resmi maupun tidak resmi.
1.3.3. Praktek Langsung
Dengan melakukan asuhan kebidanan secara langsung pada
klien.
1.3.4. Studi Pustaka
Penulis mempelajari literatur yang ada guna mendukung
terlaksananya asuhan dan membandingkan antara teori dan praktek.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
1.2. Tujuan (umum dan khusus)
1.3. Teknik Pengumpulan Data
1.4. Sistematika Penulisan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep
Teori Asfiksia
2.2. Konsep
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Asfiksia
BAB 3. TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.2. Identifikasi
Diagnosa/Masalah
3.3. Antisipasi
Diagnosa/Masalah Potensial
3.4. Identifikasi
Kebutuhan Segera
3.5. Intervensi
3.6. Implementasi
3.7. Evaluasi
BAB 4. PEMBAHASAN
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB.
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori Asfiksia
2.1.1. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah
keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan Co2 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998 : 319)
Asfiksia Neonatorum adalah
keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur
setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia
ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. (Sarwono, 2002: 709).
2.1.2. Etiologi
2.1.2.1. Faktor Ibu
·
Pre - eklamasi dan eklampsia
·
Pendarahan abnormal (plasenta
previa & soksio plasenta)
·
Partus lama dan partus macet
·
Demam selama persalinan
·
Infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC & HIV)
·
Kehamilan lewat waktu (> 42
minggu kehamilan)
2.1.2.2. Faktor Tali Pusat
·
Lilitan tali pusat
·
Tali pusat pendek
·
Simpul tali pusat
·
Prolaps tali pusat
2.1.2.3. Faktor Bayi
·
Bayi prematur (< 37 minggu)
·
Persalinan dengan tindakan
(rangsang, bayi kembar, distonsia bayi, ekstrasi vakum, forsep)
·
Air ketuban bercampur mekonium
(warna kehijauan)
(Depkes, 2007: 108)
2.1.3. Diagnosa
2.1.3.1. DJJ
·
Meningkat 160 X/menit
_ tingkat permulaan
·
Jumlah sama dengan normal
tetapi tidak teratur
·
Jumlah penurunan dibawah 100
X/menit dan disertai tidak teratur
2.1.3.2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Pengeluaran mekonium dalam letak kepala menunjukan gawat
janin. Karena terjadi perangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus
meningkat dan spinter ani terbuka.
2.1.4. Klasifikasi
2.1.4.1 Asfiksia berat (nilai apgar 0 – 3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, pembarian O2
terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan
Natrikus Biokarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan dan cairan glukosa
40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
2.1.4.2. Asfiksia ringan sedang (nilai apgar 4 - 6).
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai dapat
bernapas normal kembali.
2.1.4.3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7 - 9).
2.1.4.4. Bayi normal dengan nilai apgar 10.
(Mochtar, Rustam, 1998: 428).
2.1.5. Patogenesi
2.1.5.1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar
Co2 bertamba, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga
bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari N. simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irreguler dan
menghilang.
2.1.5.2. KekuranganO2 juga
merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia.
2.1.5.3. Janin akan mengadakan pernapasan intra uteri,
dan bila kita periksa kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam
paru bronkus tersumbat dan terjadi atelektaksis, bila janin lahir alveoli tidak
berkembang.
(Sarwono, 2002: 320).
2.1.6. Penanganan
2.1.6.1. Penanganan Umum
a.
Jangan biarkan bayi kedinginan,
bersihkan mulut dan jalan napas.
b.
Lakukan resusitusi BBL.
c.
Gejalah pendarahan otak
biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat direndahkan,
supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
d.
Kalau diduga pendarahan otak
berikan vit. K 1 – 2 hari.
e.
Berikan tranfusi dara via tali
pusat atau glukosa.
(Mochtar, Rustam, 1999: 428)
2.1.6.2. Penanganan Awal
a.
Jaga Bayi Tetap Hangat
·
Letakan bayi di atas kain yang
ada di atas perut ibu atau dekat perineum.
·
Selimuti bayi dengan kain
tersebut, potong tali pusat.
·
Pindahkan bayi keatas kain
ketempat resusitasi.
b.
Atur Posisi Bayi
·
Baringakan bayi terlentang
dengan kepala didekat penolong.
·
Ganjal bahu agar kepala sedikit
ekstensi.
c. Isap Lendir
Gunakan alat pengisap lendir De lee atau bola karet
·
Pertama, isap lendir didalam
mulut, kemudian baru isap lendir di hidung
·
Hisap lendir sambil menarik
keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
·
Bila menggunakan pengisap
lendir De lee, jangan memasukkan ujung pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm
kedalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam hidung) karena dapat menyebabkan
denyut jantung bayi melambat atau bayi berhenti bernapas.
d. Keringkan dan Rangsang Bayi
·
Keringkan bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat
memulia pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
·
Lakukan rangsangan taktis
dengan beberapa cara dibawah ini:
Ø Menepuk atau menyentil telapak kaki.
Ø Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak
tangan.
e. Atur Kembali Posisi dan Selimuti Bayi
·
Ganti kain yang telah basah
dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan)
·
Selimuti bayi dengan kain
tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan pernapasan bayi
dapat diteruskan.
·
Atur kembali posisi terbaik
kepala bayi (ekstensi)
f. Lakukan Penilaian Bayi
·
Lakukan penilaian apakah bayi
bermapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
(Depkes, 2007: 113)
2.1.6.3. Penanganan Lanjut Yaitu Vertilasi
a.
Pasang sungkup, perhatikan
lekatan
b.
Ventilasi 2 kali dengan tekanan
30 cm air, amati besaran dada bayi.
c.
Bila dada bayi mengembang,
lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik
d.
Penilaian apakah bayi menangis
atau bernapas spontan dan teratur?
(Depkes, 2007: 117)
2.1.7. Asuhan
Pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan
sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca
resusitasi dilakukan paa keadaan:
2.1.7.1. Resusiasi berhasil.
Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal
atau sesudah ventilasi.Perlu pemantauan dan dukungan.
2.1.7.2. Resusitasi tida /kurang berhasil.
Bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum
bernapasatau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan
ternyata kondisinyamakin memburuk.
2.1.7.3. Resusitasi gagal.
Setelah 20 menit diventilasi, bayi
gagal bernapas.
(Depkes, 2007: 118)
2.1.8. Prognosis
Asfiksia livida lebih baik dari palida.
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam
otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan
kemungkinanya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa
mendatang.
(Mochtar, Rustam, 1998: 429)
2.1.9. Gejala
dan Tanda Asfiksia.
2.1.9.1
Tidak bernapas atau bernapas
megap-megap.
2.1.9.2. Warna kulit kebiruan.
2.1.9.3. Kejang.
2.1.9.4. Penurunan kesadaran.
(Depkes, 2007: 109)
2.1.10. Komplikasi.
2.1.10.1. Cacat mental
2.1.10.2. Pneumonia dan mugkin
kematian.
2.2. Konsep
Manajemen Asfiksia
2.2.1. Pengkajian
(tanggal….jam….)
2.2.1.1. Data Subyektif
1.
Biodata
Pada bayi baru lahir.
2.
Keluhan Utama
Ø Tidak bernapas/bernapas megap-megap.
Ø Warna kulit biru.
Ø Kejang.
Ø Penurunan kesadaran.
3. Riwayat
kesehatan keluarga
Ø Malaria
Ø Sifilis
Ø TBC
Ø HIV
4. Riwayat
kehamilan dan persalinan
Ø Usia kehamilan > 37 minggu.
Ø Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu kehamilan).
Ø Persalinan dengan tindakan.
Ø Partus lama/partus macet.
Ø Demam selama persalinan.
Ø Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolapsus tali pusat.
Ø Pre – eklamsi dan eklamsia.
Ø Bayi premature, kelainan bawaan
Ø Pendarahan abnormal.
Ø Air ketuban bercampur mekonium.
2.2.1.2. Data Obyektif
1.
Pemeriksaan umum
KU :
Lemah
AS :
4 – 6
Suhu :
< 36 Oc
Pernapasan : > 60 X/menit
Nadi :
< 100 X/menit
Keaktifan : lemah
2.
Pemeriksaan Khusus
Terdiri dari apgar score dan fisik
No
|
Score
|
Menit ke-1
|
Menit ke-5
|
1
2
3
4
5
|
Appearance
Pulse
Grimace
Activity
Respiration
|
1
1
-
1
1
|
2
2
2
|
|
Jumlah
|
4
|
6
|
Pemeriksaan fisik untuk bayi asfiksia sedang:
Bibir : Cyanosis : Frekuansi jantung >100 X/menit
Gerakan cuping hidung : Ada : tonus otot kurang baik
Kulit : Warna kebiruan : refleks iritabilas tidak ada
Ektremitas : Lemah, warna kebiruan
Reflek untuk bayi asfiksia sedanga:
Ø Moro reflek :
Belum ada
Ø Tonik neek reflek :
Belum ada
Ø Palinos gepe reflek :
Belum ada
Ø Rooting reflek :
Belum ada
Ø Swallowing reflek :
Belum ada
2.2.2. Idntifikasi
Diagnosa/Masalah
2.2.2.1. Dx : BBL dengan asfiksia sedang
Ds : - Bayi
tidak bernafas/bernapas megap/megap
-
Warna kulit kebiruan
-
Kejang
-
Penurunan kesadaran
Do: KU :
Lemah
AS : 4 – 6
S : < 36 Oc
Rr : > 60 X/menit
N : > 60 X/menit
Keaktifan : Lemah
2.2.3. Antisipasi
Diagnosa/Masalah Potensial
Ø Cacat mental
Ø Pneumonia
Ø Kematian
2.2.4. Idebtifikasi
kebutuhan segera
Ø Lakukan penanganan 6 langkah awal
Ø Resusitasi
Ø Vertilasi
2.2.5. Intervensi
Dx : BBL dengan asfiksia sedang
Tujuan :
- Asfiksia dapat teratasi
-
Tidak
terjadi komplikasi
K.
H : KU : baik
AS : 7 -10
S : 36,5 – 37,5 Oc
RR :
30 – 60 X/menit
N :
120 – 160 X/menit
Appearance :
Tubuh dan ekstremitas kemerahan
Pulse :
lebih dari 100 X/menit
Grimase :
Menangis
Activity :
Gerakan aktif
Respiration : Menangis kecil
Rencana:
1) Jaga bayi tetap hangat/tempatkan bayi
dalam runganan yang hangat.
R/ : Mencegah kehilangan panas melalui konduksi
2) Atur posisi kepala bayi sedikit
ekstensi
R/ : Memudahkan pernapasan dan menurunkan episode
apneu, khusus adanya hipoksia
3) Isap lender
R/ : Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
4) Keringkan dan rangsang taktil
R/ : Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan
tubuh dan kembalinya pernapasan spontan
5) Atur kembali posisi kepala dan selimuti
bayi
R/ : Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
6) Lakukan penilaian pada bayi
R/
: Mengetahui perkebangan dan komplikasi
dini
7) Lakukan resusitasi bial belum berhenti
R/
: Mencegah terjadinya komplikasi
8) Lakukan vertilasi bila resusitasi belum
berhenti
R/
: Untuk mencegah bayi mengalami pneumonia/
kematian.
2.2.6. Implementasi
Sesuai
intervensi
2.2.7. Evaluasi
Mengacu
pada K. H. dang menggunakan SOAP>
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
(tanggal 07 – 11 – 2007, jam 17.00 Wib)
3.1.1. Data Subyektif
3.1.1.1. Biodata
a. Bayi
Nama Bayi : Bayi. Ny “R”
Umur : 0 hari
Tgl/jam lahir : 07 – 11 –
2007 / jam 17.45 Wib
Jenis
Kelamin : Laki-laki
b. Orang Tua
Nama Ibu :
Ny ‘R’ Nama Ayah : Tn ‘S’
Umur :
30 tahun Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama :
Islam Agama : Islam
Pendidikan :
SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
IRT Pekerjaan : Tani
Alamat :
Rt 29 Ngrambingan
3.1.1.2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir tidak
bernapas
3.1.1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam
keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti:; TBC, AIDS,
Sifilis, penyakit menahun seperti; malaria, penyakit menurun seperti; DM.
3.1.1.4. Riwayat Kehamilan dan
Persalinan
v Ibu mengatakan usia kehamilan 9 bulan,
dan sering memeriksakan kehamilan di Bidan. Keluhan selama hamil tidak ada,
terapi didapat: Tablet Fe, Kalk, Vit. C. Imunisasi Tt : 5 kali
v Persalinan ditoling Bidan, lahir
spontan, lama persalinan 9 jam (mulai 10.30 18.30), keadaan air ketuban warna
hijau bercampur mekonium, plasenta mengalami pengapuran, bayi lahir tidak
menangis, BB : 3200 gr, PB : 49 cm, Jk : Laki-laki dan ada lilitan tali pusat.
3.1.2. Data Obyektif
3.1.2.1. Pemeriksaan Umum
KU :
Lemah
AS :
4 – 6
Suhu :
36,3 0c
HR :
128X/menit
Pernapasan : 64X/menit
Keaktifan : Lemah
3.1.2.2.
Pemeriksaan Khusus
a) Penilaian apgar score
No
|
Kriteria
|
Menit ke - 1
|
Menit ke - 5
|
1
2
3
4
5
|
Denyut Jantung
Usaha Bernapas
Tonus Otot
Reflek
Warna Kulit
|
2
1
-
-
1
|
2
-
1
1
2
|
|
Jumlah
|
4
|
6
|
b) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1. Rambut :
Kotor, penuh lemak dan darah
2. Bentuk :
Norma
3. UUB :
Belum menutup
4. Caput Suksedaneum : Ada
5. Chepal Hematomo : Tidak ada
6. Perdarahan Intrakranial : Tidak ada
7. Lain-lain : Tidak ada
b. Mata
1. Bentuk :
Simetris, normal
2. Kotoran :
Tidak ada
3. Perdarahan : Tidak ada
4. Sklera :
Tidak ikterus
5. Konjugtiva : Tidak anemis
c. Mulut
1. Bentuk :
Normal
2. Palatum Mola : Ada,
tidak terbelah
3. Palatum Durum : Ada,
tidak terbelah
4. Saliva :
Tidak hipersaliva
5. Gusi :
Tidak berdarah
6. BIbir :
Ada cyanosis
7. Lidah :
Tidak ada bercak putih
d. Hidung
1. Bentuk :
Normal
2. Mukosa :
Ada
3. Gerakan Cuping Hidung : Ada
4. Sekresi :
Tidak terbelah
e. Muka
1. Bentuk :
Normal
2. Paralis Syaraf Facial : Tidak ada
3. Down Syndrome : Tidak ada
f. Telinga
1. Bentuk :
Simetris
2. Daun Telinga : Lunak mudah membalik
3. Sekresi :
Tidak ada
g. Leher
1. Ukuran :
Normal
2. Gerakan :
Baik
3. Pembesaran Kelenjar Tyroid : Tidak ada
h. Dada
1. Bentuk :
Simetris
2. Pernapasan : Lemah
3. Bronchi :
Tidak ada
4. Bunyi Jantung : Teratur
i. Perut
1. Kelainan : Tidak ada
2. Kembung & Muntah : Tidak ada
j. Tali Pusat
1. Kelainan : Tidak ada
2. Perdarahan : Tidak ad
k. Kulit
1. Warna :
Biru
2. Lanuga :
Tebal
3. Turgor :
Baik, kembali dlm waktu < 2”
4. Verniks Kaseosa : Ada
5. Dedena :
Tidak ada
6. Kelainan : Tidak ada
l. Punggung
Normal
tidak ada kelainan
m. Ekstremitas
Ø Ekstremitas Atas
·
Bentuk : Simetris ka/ki
·
Gerakan : Kurang aktif
·
Kelainan : Tidak ada kelainan
·
Jumlah
Jari :
10
·
Warna : Kebiruan
Ø Ekstrimitas Bawah
·
Bentuk : Simetris ka/ki
·
Gerakan : Kurang aktif
·
Kelainan : Tidak ada kelainan
·
Jumlah
Jari :
10
·
Warna : Kebiruan
n. Genital
1. Skrotum :
Ada
2. Testis :
Belum turun
3. Penis :
Ada
o. Anus :
Berlubang
c). Antropometri
1. BB :
3200 gram
2. PB :
49 cm
3. LLA :
8 cm
4. LD :
30 cm
5. LIKA :
36 cm
d) Reflek
1. Moro Reflek : Belum ada
2. Tonik Neck Reflek : Belum ada
3. Palmos Gepe Reflek : Belum ada
4. Rooting Reflek : Belum ada
5. Sucking Reflek : Belum ada
6. Swallowing Reflek : Belum ada
3.2. Identifikasi
Diagnosa/Masalah
Dx :
BBL dengan asfiksia sedang
Ds : -
Ibu menyatakan bayinya lahir tidak bernapas spontan
:
- Dan tidak langsung menagis
Do : Ku : Lemah
As :
4 – 6
Suhu : 36,3 0c
HR :
128 X/menit
Pernapasan : 64 X/menit
Keaktifan : Lemah
Moro
Reflek : Belum ada
Tonik
Neck Reflek : Belum
ada
Palmos
Gepe Reflek : Belum ada
Rooting
Reflek : Belum ada
Sucking
Reflek : Belum ada
Swallowing
Reflek : Belum ada
Riwayat
Persalinan :
·
Air
ketuban bercampur mekonium
·
Adanya
lilitan tali pusat
·
Plasenta
mengalami pengapuran
3.3. Antisipasi
Diagnosa/Masalah Potensial
·
Potensial
terjadi pneumonia dan mungkin kematian
·
Potensial
cacat mental
3.4. Identifikasi Kebuthan
segera
·
Melakukan
HAIKAP dan Resusitasi
·
Melakukan
ventilasi
3.5 Intervensi
Dx : By Ny “R” Baru lahir dengan asfiksia sedang
Tujuan : - Asfiksia
teratasi
-
Bayi
dalam keadaan sehat dan tidak terjadi komplikasi
K.H :
K.U
: Baik
Kesadaran : Composmentis
As : 7 - 9
Suhu : 36.5 – 37 o c
HR : 150 – 160
Pernapasan : 30 – 60 x/ menit
Bayi
dapat bernapas spontan warna kulit merah, menangis kuat
Intervens:
1.
Jaga bayi tetap hangat/tempatkan
bayi dalam ruangan yang hangat
R/:
Mencegah kehilangan panas melalui konduksi
2.
Atur posisi kepala bayi sedikit
ekstensi
R/: Memudahkan
pernapasan dan menurunkan episode apnev Khususnya adanya hipoksia
3.
Isap lender
R/: Menghilangkan mukus yang
menyumbat jalan napas
4.
Keringkan dan rangsang taktil
R/: Merangsang SSP untuk
meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya.
5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
R/: Menurunkan
kehilangan panas melalui evaporasi
6. Lakukan penilaian pada bayi
R/: Mengetahui perkembangan dan mencegah komplikasi dini
7. Lakukan resusitasi bila 6 langka awal belum berhasil
R/: Mencegah terjadinya komplikasi
8.
Lakukan
ventilasi bila tindakan resusitasi belum juga berhasil
R/: Mencegah
bayi mengalami komplikasi lanjut sepert cacat mental, pneumonia & kematian
3.6. Implementasi
Tanggal : 07 – 11 – 2007, Jam 17.45 wib
1. Menjaga
bayi tetap hangat dengan cara selimuti bayi dan diletakan pada ruangan yang
hangat.
2.
Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan menganjal bahu
menggunakan kain setingi 5 cm.
3. Mengisap
lendir menggunakan De Lee.
4. Mengeringkan
dan merangsang taktil menggunakan selimut dengan sedikit tekanan.
5. Mengatur
kembali posisi kepala dan selimuti bayi dengan selimut yang bersih dan kering.
6. Melakukan
penilaian pada bayi yaitu :
v Warna kulit merah.
v Denyut nadi teratur yaitu
lebih dari 100 x/ menit.
v Reflek ada yaitu menangis kuat.
v Tonus otot gerakan aktif.
v Pernapasan normal: 30 – 60 x/ menit.
3.7. Evaluasi
Tanggal; 07 – 11 –
2007, Jam 18.00 Wib.
Dx : BBL dengan asfiksia sedang.
S : Ibu mengatakan bayinya
sudah bisa menangis kuat dan dapat
bernapas spontan.
O : Ku : baik
As :
7
Kesadaran :
Composmentis.
A : BBL Normal
P : - Lanjutkan perawatan tali pusat.
- Anjurkan
ibu untuk memberikan Asi Eksklusif sampai bayi usia 6 bulan.
- Anjurkan
ibu untuk menteki bayinya sehari minimal 8 kali.
- Anjurkan ibu untuk perawatan payudara dan senam
nifas
- Anjurkan
ibu untuk makan makanan yang mengandung gizi seimbang
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada teori kasus bayi dengan asfiksia sedang, diperoleh
tanda-tanda seperti: Tidak bernapas atau bernapas megap-megap, warna kulit
kemerahan, kejang, dan penurunan kesadaran. Dengan nilai apgar score 4 – 6.
Penyebab terjadinya asfiksia dipengaruhi 3 faktor yaitu: Faktor Ibu, Faktor
Tali Pusat, dan Faktor Bayi. Penanganan yang dilakukan adalah HAIKAP dan RESUSITASI.
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan pada bayi
Ny “R” dengan asfiksia sedang ditemukan bahwa penyebab terjadinya asfiksia
dipengaruhi adanya ketuban bercampur mekonium dan lilitan tali pusat. Pada
intervensi dan implementasi dilakukan HAIKAP. Pada evaluasi, setelah dilakukan
implementasi berupa Haikap, bayi dapat menangis kuat, warna kulit merah dan
adanya peningkatan kesadaran dan tidak tampak terjadi komplikasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa antara tinjauan teori dan
kasus nyata pada bayi Ny “R” baru lahir dengan asfiksia sedang ditemukan adanya
kesenjangan yaitu pada intervensi, dijelaskan penanganan asfiksia dengan 6
langka awal dan dilanjutkan dengan resusitusi dan ventilasi. Namun pada kasus
ini hanya dilaksanakan penanganan HAIKAP karena bayi sudah bisa bernapas
spontan dan menangis kuat.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada kasus bayi Ny
“R” dengan asfiksia sedang, setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan
diketahui penyebab utama terjadinya asfiksia adalah cairan ketuban bercampur
mekonium dan adanya lilitan tali pusat. Sehingga pada intervensi dan
implementasi dilakukan tindakan HAIKAP dengan segera untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Setelah HAIKAP dilakukan bayi dapat menangis kuat, warna kulit
merah dan kesadaran meningkat.
5.2. Saran
5.2.1. Petugas
Diharapkan selalu siap
melakukan resusitusi bayi pada setiap pertolongan persalinan
5.2.2. Orang Tua
·
Mampu menjaga kehangatan tubuh
bayi dengan dekapan
·
Segera memberikan Asi kepada
bayinya
5.2.3. Institusi
Mampu
memberikan ketrampilan pentatalaksanaan BBL dengan asfiksia sesuai dengan mutu
standar pelayanan kesehatan
5.2.4. Mahasiswa
Diharapkan
mampu menerapkan ilmu dan ketrampilan penanganan bayi dengan asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2007. Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal Revisi 2007. Jakarta.
JNPK – KR.
Depkes. 2005. Manajemen Asfiksia
Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Mansjoer, Arief. 2002. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi III. Jilid I. FKUI:
Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri. Jakarta:
EGC.
Wiknojasastro, Hanifa dkk. 2002. Ilmu
Kebidanan. Jakarta.
YBPSP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar