Kamis, 30 Juni 2016

ASUHAN KEBIDANAN IBU MASA NIFAS DENGAN SC

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Menurut WHO (World Health Organisation) melalui pemantauan ibu meninggal di berbagai belahan dunia memperkirakan bahwa setiap tahun jumlah 500.000 ibu meninggal disebabkan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes, 2002).
Salah satu Tujuan Pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian Maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDG-5, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal (Adriaansz. G. 2006). Di negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7 %, sedangkan di negara – negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0,05 % - 0,1 % (informasi wadah organisasi islamiah, 2008).
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).
Kasus panggul sempit dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternative lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut yang di sebut Sectio Caesarea (Mochtar. R, 1998).


1
 
 

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik sectio caesarea, yaitu transperitonealis, corporal (klasik), dan ekstraperitoneal. Sectio caesar adalah lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan rahim (www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesar, yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesar dengan frekuensi di atas 11%, antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus, dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus, serta infeksi akibat luka operasi. Pada operasi caesar yang direncanakan angka komplikasinya kurang lebih 4,2% sedangkan untuk operasi caesar darurat (sectio caesar emergency) berangka kurang lebih 19%. Setiap tindakan operasi caesar memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir jalan lahir misalnya, sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya dimana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus (www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Pada tahun 2008 jumlah ibu nifas pada RSUD Abepura dilaporkan sebanyak 1.575 kasus. dari jumlah ibu nifas Post SC dengan indikasi CPD (chepalopelvik disproporsi) atau panggul sempit sebanyak 46 kasus (3,49%) (Laporan medik RSUD Abepura, 2008).
Menelaah uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menerapkan asuhan kebidanan  dan menuangkannya dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu nifas Post Sectio Cesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui manajemen kebidanan pada ibu nifas  Post Sectio Cesarea dengan  rumusan sebagai berikut :
1.      Bagaimana  mengkaji data pada ibu nifas  Post Sectio Cesarea indikasi CPD ?
2.      Bagaimana mengintepretasikan data dasar  dan merumuskan diagnosa kebidanan pada ibu nifas  Post SC indikasi CPD ?
3.      Bagaimana menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas Post SC indikasi CPD ?
4.      Bagaimana menentukan tindakan segera pada Ibu nifas  Post SC indikasi ?
5.      Bagaimana membuat rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas Post SC indikasi CPD ?
6.      Bagaimana melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas  Post SC indkasi CPD ?
7.      Bagaimana mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas  Post SC indikasi CPD ?
8.      Bagaimana mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas Post SC indikasi CPD ?

C.    TUJUAN PENULISAN

1.      Tujuan Umum
Mengaplikasikan asuhan  kebidanan pada ibu nifas Post SC indikasi CPD secara komprehensif di Rumah Sakit Umum Daerah Abepura.
2.      Tujuan Khusus
Agar Penulis  mampu  :
a.         Mengkaji data pada ibu nifas dengan Post Sectio Cesarea indikasi CPD.
b.         Mengintepretasikan data dasar dan merumuskan diagnosa kebidanan pada ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
c.         Menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
d.        Menentukan tindakan segera pada Ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
e.         Membuat rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.
f.          Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Post SC indkasi CPD.
g.         Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan Post SC indikasi CPD.

D.    MANFAAT

1.      Bagi penulis
Dapat menerapkan manajemen kebidanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan sesuai dengan ilmu yang didapat.
2.      Bagi Rumah sakit
Dapat menambah pengetahuan bagi bidan dan dapat meningkatkan mutu dan kualitas dalam melakukan asuhan kebidanan.
3.      Bagi institusi (pendidikan)
Sebagai bahan referensi bagi penyusun Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
4.      Bagi IBI
Dengan membaca studi kasus ini para rekan-rekan bidan se-Papua mendapatkan gambaran penerapan Manajemen Asuhan Kebidanan secara tepat dan benar di tempat kerjanya.
BAB  II
TINJAUAN TEORI
A.      KONSEP DASAR NIFAS
1.         Definisi
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
2.         Klasifikasi Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a.    Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
b.    Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c.    Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan (Mochtar R, 1998).


6
 
 

3.         Tujuan Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk  :
a.         Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
b.        Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c.         Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi yang sehat.
d.        Memberikan pelayanan KB.
e.         Mempercepat involusi alat kandung.
f.         Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
g.        Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan.
h.        Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Mochtar, 1998).
4.         Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas Involusi Traktus Genetalis
Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur– angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.
a.         Corpus uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur  menjadi kecil sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
INVOLUSI
TINGGI FUNDUS UTERI
BERAT UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1.000gr
Uri lahir
2 jari di bawah pusat
750 gr
I minggu
Pertengahan pusat sympisis
500 gr
2 minggu
Tak teraba diatas sympisis
350 gr
6 minggu
Bertambah kecil
50 gr
8 minggu
Sebesar normal
30 gr
(Sumber : Mochtar, 1998)
b.         Endometrium
Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.
Hari I     :    Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Hari II   :    Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang mengalami degenerasi.
c.         Involusi tempat plasenta.
Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut dengan diameter ± 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai  24 mm.
d.        Perubahan pada pembuluh darah uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta lahir.
e.         Perubahan servix
Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman karena pembuluh darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.
f.          Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3 post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis.
g.         Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum hamil. (Mochtar, 1998).
5.    Adaptasi Psikologi Masa Nifas
a.         Masa Taking In
1).      Dimulai sejak dilahirkan sampai 2 – 3 hari.
2).      Ibu bersifat pasif dan berorientasi pada diri sendiri.
3).      Tingkat ketergantungan tinggi.
4).      Kebutuhan nutrisi dan istirahat tinggi.
b.         Masa Taking Hold
1)        Berlangsung sampai  2 minggu.
2)        Klien mulai tertarik pada bayi.
3)        Ibu berupaya melakukan perawatan mandiri.
c.         Masa taking Go
1)        Berlangsung pada minggu ke III – IV.
2)        Perhatian pada bayi sebagai individu terpisah. (Mochtar, 1998)
6.    Aspek – Aspek Klinik Masa Nifas
a.    Suhu badan dapat mengalami peningkatan setelah persalinan, tetapi tidak lebih dari 380C. Bila terjadi peningkatan melebihi 380C  selama 2 hari berturut-turut, maka kemungkinan terjadi infeksi. kontraksi uterus yang diikuti HIS pengiring menimbulkan rasa nyeri-nyeri ikutan (after pain) terutama pada multipara, masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endomentrium serta sisa dari implantasi plasenta yang disebut lochea.
b.    Pengeluaran lochea terdiri dari :
1).      Lochea rubra : hari ke  1 – 2.
Terdiri dari  darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2).      Lochea sanguinolenta  : hari ke 3 – 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3).      Lochea serosa : hari ke 7 – 14.
Berwarna kekuningan.
4).      Lochea alba  : hari ke 14 – selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang  berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.
c.    Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.
d.   Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi antara kepala dan tulang pubis selama persalinan.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone esktrogen yang bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.
e.    System Kardiovarkuler
Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil  yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil.(Saifuddin, 2002).
7.    Perawatan Masa Nifas
Perawatan puerperium dilakukan dalam bentuk pengawasan sebagai berikut :
a.    Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI terjamin.
1).      Pemeriksaan umum; kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
2).      Pemeriksaan khusus;  fisik, tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
3).      Payudara; puting susu atau stuwing ASI, pengeluaran ASI. Perawatan payudara sudah dimulai sejak hamil sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oxitosin  dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi akan lebih banyak dan involusi uteri akan lebih sempurna.
4).      Lochea; lochea rubra, lochea sanguinolenta.
5).      Luka jahitan; apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi (kotor, dolor/fungsi laesa dan pus ).
6).      Mobilisasi; karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring ke kiri dan kekanan serta diperbolehkan untuk duduk, atau pada hari ke – 4 dan ke- 5 diperbolehkan pulang.
7).      Diet; makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-buahan.
8).      Miksi; hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya, paling tidak 4 jam setelah kelahiran. Bila sakit, kencing dikaterisasi.
9).      Defekasi; buang air besar dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila sulit bab dan terjadi obstipasi apabila bab keras dapat diberikan laksans per oral atau perektal. Jika belum biasa dilakukan klisma.
10).  Kebersihan diri; anjurkan kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun. Dari vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian anus. Mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari, mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan kelamin.
11).  Menganjurkan pada ibu agar mengikuti KB sendini mungkin setelah 40 hari (16 minggu post partum).
12).  Nasehat untuk ibu post partum; sebaiknya bayi disusui. Psikoterapi post natal sangat baik bila diberikan. Kerjakan gimnastik sehabis bersalin. Sebaiknya ikut KB.
b.         Imunisasi; bawalah bayi ke RS, PKM, posyandu atau dokter praktek untuk memperoleh imunisasi
c.         Cuti hamil dan Bersalin
Menurut undang–undang bayi, wanita, pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan sesudah bersalin(Manuaba, 1998).
8.    Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah – masalah yang terjadi.
a.    Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1).      Kunjungan I : 6 – 8 jam setalah persalinan
Tujuannya :
a).      Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b).      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut.
c).      Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d).     Pemberian ASI awal.
e).      Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f).       Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2).      Kunjungan II :  6 hari setelah persalinan
Tujuannya  :
a).      Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b).      Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c).      Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
d).     Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e).      Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan  pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3).      Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :  sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4).      Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a).      Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
b).      Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
B.       SECTIO CAESAREA
1.         Definisi
Istilah Sectio Caesarea berasal dari perkataan latin caedera yang artinya memotong. Pengertian ini sering dijumpai dalam roman law (lex regia) dan emporer’s law (lex Caesare) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus keluarkan dari dalam rahim (Mochtar, 1998).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. (Muchtar, 1998).
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dindina rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohadjo, 2002).
2.         Jenis-jenis Sectio Caesarea
a.         Sectio Caesarea Transperitoneal
1).      Sectio Caesarea Kkasik atau Korporal yaitu dengan melakukan sayatan vertical sehingga memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan keluar bayi.
2).       Sectio Caesarea Ismika atau Profunda yaitu dengan melakukan sayatan/insisi melintang dari kiri kekanan pada segmen bawah rahim dan diatas tulang kemaluan.
b.        Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal. (Mochtar,1998)
3.         Indikasi
Menurut (Prawiroharjo, 2002 Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal), indikasi Sectio Caesarea adalah :
a.         Indikasi ibu
1).      Disproporsi kepala panggul/CPD/FPD
2).      Disfungsi Uterus
3).      Distosia Jaringan Lunak
4).      Plasenta Previa.
b.        Indikasi Anak
1).      Janin besar
2).      Gawat janin
3).      Letak Lintang.
Adapun indikasi lain dari Sectio Caesarea menurut Sulaiman 1987 Buku Obstetri Operatif adalah :
a.         Sectio sesarea ke III
b.        Tumor yang menhhalangi jalan lahir
c.         Pada kehamilan setelah operasi vagina, misal vistel vesico
d.        Keadaan-keadaan dimana usaha untuk melahirkan anak pervaginam gagal.
4.         Komplikasi
a.         Pada Ibu
1).      Infeksi Puerperalis/nifas bias terjadi dari infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu dengan peritonitis dan ileus paralitik.
2).      Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus dan terluka pada saat operasi
3).      Trauma kandung kemih akbat kandung kemih yang terpotong saat melakukan sectio caesarea.
4).      Resiko rupture uteri pada kehamilan berikutnya karena jika pernah mengalami pembedahan pada didind rahim insisi yang dibuat menciptakan garis kelemahan yang sangat berisiko untuk rupture pada persalinan berikutnya.
b.        Pada Bayi
1).      Hipoksia
2).      Depresi pernafasan
3).      Sindrom gawat pernafasan
4).      Truma persalinan (www.tutorialkuliah.blogspot.com/2009).
5.         Penatalaksaan
Penatalaksaan medis post-op Sectio Caesarea secara singkat :
a.         Awasi TTV sampai pasien sadar
b.        Pemberian cairan dan diit
c.         Atasi nyeri yang ada
d.        Mobilisasi secara dini dan bertahap
e.         Kateterisasi
f.         Jaga kebersihan luka operasi
g.        Berikan obat antibiotic dan analgetik (Muchtar R, 1998).
C.      PANGGUL SEMPIT (CHEPALOPELVIK DISPROPORSI/CPD)
1.         Definisi
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
a.         Kesempitan pintu atas panggul
b.        Kesempitan bidang bawah panggul
c.         Kesempitan pintu bawah panggul
d.        Kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm
Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit.
2.         Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
a.         Kelainan karena gangguan pertumbuhan
1).      Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
2).      Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
3).      Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang
4).      Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
5).      Panggul belah : symphyse terbuka
b.        Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1).      Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain
2).      Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
3).      Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
c.         Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
1).      Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
2).      Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.
d.        Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah
Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.
e.         fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul (www.tabloid-nakita.com/2009).
3.         Klasifikasi
a.    Kesempitan bidang tengah panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5.
1).      Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah :
a).      Diameter transversa ( diameter antar spina ) 10 ½ cm
b).      Diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 ½ cm
c).      Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm
2).      Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit :
a).      Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm)
b).      Diameter antara spina < 9 cm
Ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau :
a)        Spinae ischiadicae sangat menonjol
b)        Kalau diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang
Prognosa kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.
Terapi, kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
b.    Kesempitan pintu bawah panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1).      Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm
2).      Diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm
3).      Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm
Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC, tetapi dapat diselesaikan dengan forcep dan dengan episiotomy yang cukup luas.
4.         Pengaruh Panggul Sempit Pada Kehamilan dan Persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.
a.    Pengaruh pada kehamilan
1).      Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata
2).      Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah
3).      Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4).      Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit
5).      Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir
6).      Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.
7).      Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
b.    Pengaruh pada persalinan
1).      Persalinan lebih lama dari biasa.
a).      Karena gangguan pembukaan
b).      Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak
c).      Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
2).      Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya :
a).      Pada panggul puncak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
b).      Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing)
c).      Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya
d).     Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.
e).      Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit
f).       Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim.
g).      Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.
h).      Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.
i).        Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat karena adanya rongga sacrum.
j).        Ruptur symphyse dapat terjadi, malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
k).      Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
l).        Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus.
3).      Pengaruh pada anak
a).      Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
b).      Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak
c).      Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi. (www.ilmukeperawatan. com/2009).
5.         Persangkaan Panggul sempit
Seorang ibu harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :
a.         Primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
b.        Pada primipara ada perut menggantung
c.         pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit
d.        Kelainan letak pada hamil tua
e.         Kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose, pincang dan lain-lain)
f.         Osborn positip (www.tabloid-nakita.com/2009).
Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor, yakni :
a.         Bentuk panggul
b.        Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan
c.         Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
d.        Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
e.         Presentasi dan posisi kepala
f.         His
Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.
Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm. Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut) Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor :
a.         Riwayat persalinan yang lampau
b.        Besarnya presentasi dan posisi anak
c.         Pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa
d.        His
e.         Lancarnya pembukaan
f.         Infeksi intra partum
g.        Bentuk panggul dan derajat kesempitan
Karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan. (www.stasiunbidan.com/2009).
6.         Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatif sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya.
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
a.    Kita menghentikan persalinan percobaan kalau :
1).      Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya
a).      Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik
b).      Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis
2).      Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat
3).      Forcep gagal
Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi
b.    Dalam istilah Inggris, ada 2 macam persalinan percobaan :
1).      Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterangkan diatas
2).      Test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya. Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil.
c.    Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena:
1).      Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit
2).      Kematian anak terlalu tinggi dengan percobaan tersebut (www.ilmukeperawatan.com/2009).
D.      MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
Proses manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas dapat dijelaskan dalam 7 langkah menurut Helen Varney (2002).
Langkah I  :  Pengkajian ( pengumpulan data dasar )
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu            :
1.    Biodata.
2.    Riwayat kesehatan sekarang.
Pemeriksaan fisik :
1.      Tekanan darah, suhu badan, denyut nadi, pernapasan.
2.      Keadaan muka, konjungtiva, tenggorokan jika perlu.
3.      Buah dada dan puting susu.
4.      Auskultasi paru – paru jika perlu.
5.      Abdomen; kandung kemih, uterus, diastasis.
6.      Lochea            ; warna, jumlah, bau.
7.      Perineum; odema. Inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi, jahitan, memar, hemoreoid.
8.      Extremitas; varices, betis apakah lemah, dan panas, odema, tanda–tanda human, refleks.
9.      Data Penunjang
Langkah II   :  Interprestasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap maslah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Masalah ini sering menyertai diagnosa.
1.         lbu nifas dengan infeksi luka sectio caesarea hari kedua.
2.         Keadaan luka : basah, nanah atau PUS, nyeri ada.
Langkah  III  :  Mengidentifikasi Masalah Potensial Post SC
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu post partum dan nifas tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu. Antisipasi Diagnosa Potensial : Menjaga kemungkinan yang akan timbul dan upaya pencegahannya. Komplikasi yang timbul dapat bersifat ringan atau berat.
Langkah IV  :  Identifikasi Dan Menetapkan Tindakan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
1.      Kolaborasi dengan dokter : Terapi.
2.      Kolaborasi dengan laboratorium
Cek : Darah DDR dan LED
Langkah  V  :   Membuat Rencana Asuhan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah.
Langkah  VI  :  Implementasi Asuhan
Mengarahkan atau melaksanakan asuhan secara efisien dan aman terhadap ibu. Bila dilakukan sendiri oleh bidan atau sebagian oleh tenaga kesehatan lainnya atau secara Tim maka bidan bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah  VII  :  Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif  atau merencanakan kembali yang belum terlaksana dan menyusun rencana tindak lanjut.
LANDASAN TEORI A. Pendahuluan Masa nifas adalah masa pulih atau kembali, mulai dari persalinan selesai, sampai alat-alat kandung kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rusman Muchtar, 1998). Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu : 1. Perubahan fisik 2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea 3. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu 4. Perubahan sistem tubuh lainnya 5. Perubahan psikis/psikologis Tujuan 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis 2. Melakukan skrening yang komprehensif 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dari, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002) B. Depresi Post Partum 1. Sejarah Depresi setelah melahirkan sudah dikenal sejak 460 tahun sebelum masehi, lewat pengungkapan oleh hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir ini muncul banyak informasi. 2. Pengertian Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari Gejala konstan dan persisten akan menurunkan dan bisa sembuh dengan sendirinya setelah 30 hari berlangsung. Gejala yang menonjol pada depan depresi post partum adalah adanya trias depresi. Trias depresi a. Berkurang energi b. Penurunan efek c. Hilang minat (anhedonia) Disebabkan karena gangguan hormonal, hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesteron. Depresi post partum berbeda dengan baby blues. Baby blues termasuk dalam depresi ringan berupa penurunan efek pada ibu hamil trimester III dan 1 minggu setelah melahirkan (Margono, Kuliah Ilmu Kedokteran Jiwa, 20 Februari 2007) www.google.com Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu kondisi di mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram atau bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih tergolong normal dan sifatnya sementara. Macam-macam post partum syndrome a. Baby blues Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. b. Depresi post partum Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan c. Psychosis post partum Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan (www.depresimelahirkan.com) 3. Etiologi/penyebab a. Keadaan normal b. Dukungan sosial c. Emotional relation ship d. Komunikasi dan kedekatan e. Struktur keluarga f. Antropologi g. Perkawinan h. Demografi i. Stressor psikososial j. Lingkungan 4. Gejala/Tanda-tanda a. Perasaan sedih yang menyeluruh b. Ketidakmampuan berhenti menangis c. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan bayinya) d. Rasa tidak aman e. Kelelahan yang berlebihan f. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir g. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya h. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri Perbedaan kecenderungan depresi post partum antara ibu primipara dan ibu multipara Tentukan sebagai ibu akan dirasakan semakin berat karena kurangnya pengetahuan perepuan akan perawatan bayi, terutama pada perempuan yang baru pertama kali melahirkan (primipara). Perbedaan kecenderungan depresi postpartum antara ibu primipara dan multipara dengan pemeliharaan dan hipotesis menunjukkan depresi post partum ibu primipara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara yang diakibatkan oleh kurangnya penyesuaian diri terhadap peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu (Indri Astuti, F. Psikologis UMS depresi melahirkan, www.geogle.com.)

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
LANDASAN TEORI A. Pendahuluan Masa nifas adalah masa pulih atau kembali, mulai dari persalinan selesai, sampai alat-alat kandung kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rusman Muchtar, 1998). Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu : 1. Perubahan fisik 2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea 3. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu 4. Perubahan sistem tubuh lainnya 5. Perubahan psikis/psikologis Tujuan 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis 2. Melakukan skrening yang komprehensif 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dari, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002) B. Depresi Post Partum 1. Sejarah Depresi setelah melahirkan sudah dikenal sejak 460 tahun sebelum masehi, lewat pengungkapan oleh hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir ini muncul banyak informasi. 2. Pengertian Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari Gejala konstan dan persisten akan menurunkan dan bisa sembuh dengan sendirinya setelah 30 hari berlangsung. Gejala yang menonjol pada depan depresi post partum adalah adanya trias depresi. Trias depresi a. Berkurang energi b. Penurunan efek c. Hilang minat (anhedonia) Disebabkan karena gangguan hormonal, hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesteron. Depresi post partum berbeda dengan baby blues. Baby blues termasuk dalam depresi ringan berupa penurunan efek pada ibu hamil trimester III dan 1 minggu setelah melahirkan (Margono, Kuliah Ilmu Kedokteran Jiwa, 20 Februari 2007) www.google.com Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu kondisi di mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram atau bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih tergolong normal dan sifatnya sementara. Macam-macam post partum syndrome a. Baby blues Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. b. Depresi post partum Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan c. Psychosis post partum Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan (www.depresimelahirkan.com) 3. Etiologi/penyebab a. Keadaan normal b. Dukungan sosial c. Emotional relation ship d. Komunikasi dan kedekatan e. Struktur keluarga f. Antropologi g. Perkawinan h. Demografi i. Stressor psikososial j. Lingkungan 4. Gejala/Tanda-tanda a. Perasaan sedih yang menyeluruh b. Ketidakmampuan berhenti menangis c. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan bayinya) d. Rasa tidak aman e. Kelelahan yang berlebihan f. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir g. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya h. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri Perbedaan kecenderungan depresi post partum antara ibu primipara dan ibu multipara Tentukan sebagai ibu akan dirasakan semakin berat karena kurangnya pengetahuan perepuan akan perawatan bayi, terutama pada perempuan yang baru pertama kali melahirkan (primipara). Perbedaan kecenderungan depresi postpartum antara ibu primipara dan multipara dengan pemeliharaan dan hipotesis menunjukkan depresi post partum ibu primipara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara yang diakibatkan oleh kurangnya penyesuaian diri terhadap peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu (Indri Astuti, F. Psikologis UMS depresi melahirkan, www.geogle.com.) Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi a. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu istirahat anda b. Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi c. Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks disarankan musik-musik yang menenangkan d. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh e. Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah f. Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu. (www.depresimelahirkan.com) pasien post partum depression dapat memperoleh bantuan dari psikiateer atau ahli kejiwaan dan psikologi. Pada terapi penyembuhan yang awal, pasien tidak akan diberikan obat-obatan untuk diminum, tetapi lebih kepada dukungan secara psikologis yang juga melihat orang-orang terdekat pasien. Jangan takut memberi informasi kepada pihak-pihak yang dapat membantu. Perawatan depresi Ada dua macam perawatan depresi : a. Terapi bicara : Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi. b. Obat medis Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui. Efek bila depresi tidak dirawat Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat bayinya. Dan akan mempengaruhi kemampuan bayi dalam kedekatan emosionalnya dengan orang lain, dalam masalah bersikap, tingkat aktifitas yang lemah, masalah tidur dan distress (www.depresimelahirkan.com) 5. Penatalaksanaan a. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum b. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko c. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum d. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah e. Kaji proses hubungan ibu dan anak f. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal g. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi h. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut. Bidan dapat membantu dengan cara : a. Sensitif pada reaksi ibu b. Terlibat dengan terjadinya pada bulan-bulan awal setelah kelahiran c. Menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi sehingga ibu dapat mengekspresikan persoalan, keraguan dan kecemasan Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan perlu dirawat di rumah sakit.

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
A. Pendahuluan Masa nifas adalah masa pulih atau kembali, mulai dari persalinan selesai, sampai alat-alat kandung kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Rusman Muchtar, 1998). Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu : 1. Perubahan fisik 2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea 3. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu 4. Perubahan sistem tubuh lainnya 5. Perubahan psikis/psikologis Tujuan 1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis 2. Melakukan skrening yang komprehensif 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dari, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002) B. Depresi Post Partum 1. Sejarah Depresi setelah melahirkan sudah dikenal sejak 460 tahun sebelum masehi, lewat pengungkapan oleh hippocrates. Deskripsi lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun terakhir ini muncul banyak informasi. 2. Pengertian Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung 30 hari Gejala konstan dan persisten akan menurunkan dan bisa sembuh dengan sendirinya setelah 30 hari berlangsung. Gejala yang menonjol pada depan depresi post partum adalah adanya trias depresi. Trias depresi a. Berkurang energi b. Penurunan efek c. Hilang minat (anhedonia) Disebabkan karena gangguan hormonal, hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesteron. Depresi post partum berbeda dengan baby blues. Baby blues termasuk dalam depresi ringan berupa penurunan efek pada ibu hamil trimester III dan 1 minggu setelah melahirkan (Margono, Kuliah Ilmu Kedokteran Jiwa, 20 Februari 2007) www.google.com Post partum syndrome atau distress post partum adalah suatu kondisi di mana seseorang ibu seringkali merasa uring-uringan, muram atau bentu-bentuk rasa tak bahagia lainnya. Fase ini dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan. Syndrome ini masih tergolong normal dan sifatnya sementara. Macam-macam post partum syndrome a. Baby blues Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. b. Depresi post partum Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai setahun setelah melahirkan c. Psychosis post partum Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung secara keseluruhan (www.depresimelahirkan.com) 3. Etiologi/penyebab a. Keadaan normal b. Dukungan sosial c. Emotional relation ship d. Komunikasi dan kedekatan e. Struktur keluarga f. Antropologi g. Perkawinan h. Demografi i. Stressor psikososial j. Lingkungan 4. Gejala/Tanda-tanda a. Perasaan sedih yang menyeluruh b. Ketidakmampuan berhenti menangis c. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan bayinya) d. Rasa tidak aman e. Kelelahan yang berlebihan f. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir g. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya h. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri Perbedaan kecenderungan depresi post partum antara ibu primipara dan ibu multipara Tentukan sebagai ibu akan dirasakan semakin berat karena kurangnya pengetahuan perepuan akan perawatan bayi, terutama pada perempuan yang baru pertama kali melahirkan (primipara). Perbedaan kecenderungan depresi postpartum antara ibu primipara dan multipara dengan pemeliharaan dan hipotesis menunjukkan depresi post partum ibu primipara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu multipara yang diakibatkan oleh kurangnya penyesuaian diri terhadap peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu (Indri Astuti, F. Psikologis UMS depresi melahirkan, www.geogle.com.) Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi a. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu istirahat anda b. Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi c. Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks disarankan musik-musik yang menenangkan d. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh e. Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah f. Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat berpengaruh bagi keadaan psikis ibu. (www.depresimelahirkan.com) pasien post partum depression dapat memperoleh bantuan dari psikiateer atau ahli kejiwaan dan psikologi. Pada terapi penyembuhan yang awal, pasien tidak akan diberikan obat-obatan untuk diminum, tetapi lebih kepada dukungan secara psikologis yang juga melihat orang-orang terdekat pasien. Jangan takut memberi informasi kepada pihak-pihak yang dapat membantu. Perawatan depresi Ada dua macam perawatan depresi : a. Terapi bicara : Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi. b. Obat medis Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui. Efek bila depresi tidak dirawat Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat bayinya. Dan akan mempengaruhi kemampuan bayi dalam kedekatan emosionalnya dengan orang lain, dalam masalah bersikap, tingkat aktifitas yang lemah, masalah tidur dan distress (www.depresimelahirkan.com) 5. Penatalaksanaan a. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko potensial terjadi depresi postpartum b. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko c. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum d. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi mengenai dukungan dan bantuan dirumah e. Kaji proses hubungan ibu dan anak f. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal g. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus berkonsultasi h. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi berlanjut. Bidan dapat membantu dengan cara : a. Sensitif pada reaksi ibu b. Terlibat dengan terjadinya pada bulan-bulan awal setelah kelahiran c. Menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi sehingga ibu dapat mengekspresikan persoalan, keraguan dan kecemasan Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan perlu dirawat di rumah sakit. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN DEPRESI POST PARTUM TERHADAP Ny. “Y” DI BPS SEHAT SENTOSA PEKALONGAN TAHUN 2007 I. PENGUMPULAN DATA DASAR tanggal 21 Juli 2007 pukul 14.00 WIB A. Identitas Nama : Yeni Susanti Nama suami : Jatmiko Umur : 21 tahun umur : 30 tahun Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : DIII Pendidikan : S1 Suku : Jawa Suku : Jawa Alamat : Jalan Melati No. 45 Alamat : Jalan melati No. 45 Kota Alam Kota Alam B. Anamnesa 1. Keluhan utama Ibu post partum 2 minggu yang lalu mengeluh sangat merasa sedih, tidak ingin melihat apalagi mendekati bayinya, karena lahir bayi perempuan, ibu tidak nafsu makan, merasa lelah yang berlebihan dan tidak bisa tidur. 2. Riwayat persalinan Anak lahir tanggal : 7 Juli 2007 pukul 12.30 WIB Jenis kelamin : Perempuan Jenis persalinan : Spontan No Keadaan Uraian Jumlah Perdarahan Lamanya 1. Kala I Lamanya 5 jam Blood slym 4 jam 45 menit 2. Kala II Pukul 12.30 WIB, persalinan spontan jenis kelamin perempuan, BB 3500 gram, PB 48 cm , apgar score 10 rupture perineum tidak ada 50 cc 15 menit 3. Kala III Plasenta lahir pukul 12.45 dengan manajemen aktif kala III, berat plasenta 500 gr, panjang tali pusat 20 cm, kotiledon dan fisik lengkap 150 cc 15 menit 4. Kala IV Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TFU 2 jari di bawah pusat kontraksi baik, tidak ada nyeri tekan TD : 120/70, RR : 20 x/menit, suhu 360C, pols 80 x/menit 100 cc 2 jam 3. Pola Kehidupan a. Eliminasi Sebelum melahirkan : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari Ibu mengatakan BAK 6-8 kali perhari/sesuai jumlah banyak, jernih Setelah melahirkan : Ibu mengatakan BAB 2 kali sehari Ibu mengatakan BAK 3-4 kali sehari, jumlah banyak dan warna jernih b. Nutrisi Sebelum melahirkan : ibu makan 3 kali sehari, dengan porsi 1 piring nasi, ½ mangkuk sayur, lauk-pauk, tempe, tahu, kadang ikan/ayam. Ibu sering minum susu, nafsu makan ada, minum 6-8 gelas/hari Setelah melahirkan : ibu makan 2 kali sehari, dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur, lauk-pauk, tempe, tahu, kadang ikan/ayam. Ibu sering minum susu, nafsu makan ada, minum 6-8 gelas/hari c. Istirahat Sebelum melahirkan : ibu mengatakan tidur 7-8 jam /hari Setelah melahirkan : ibu mengatakan sulit tidur, tidur 4-5 jam/hari d. Aktifitas Sebelum melahirkan : ibu bekerja dan beraktivitas seperti biasa dengan sendiri Setelah melahirkan : ibu mengatakan masih perlu bantuan untuk beraktivitas e. Personal hygiene Sebelum melahirkan : mandi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari, cuci rambut 3 kali seminggu Setelah melahirkan : mandi 1 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari, cuci rambut 1 x seminggu 4. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan ibu sekarang adalah sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak perhatian terhadap bayinya dan penampilan dirinya. 5. Keadaan psikologi Ibu sedih tidak mau melihat atau merawat bayinya karena bayi lahir perempuan ibu cemas takut bila suami dan keluarga tidak menyukai bayinya. C. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum : ibu tampak kusut dan lemah Kesadaran : composmentis b. Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg Nadi : 90 x/menit Suhu : 36oC RR : 24 x/menit c. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi 1) Rambut : hitam, pendek dan agak lepek 2) Wajah : tidak ada oedema dan cloasma gravidarum 3) Mata : konjungtiva agak pucat, skelera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan 4) Hidung : simetris, bersih, tidak ada peradangan, tidak ada polip, fungsi penciuman normal 5) Mulut : kurang bersih, terdapat stomatitis, tidak ada caries, pengecapan baik 6) Telinga : simetris kanan/kiri, keadaan bersih, pendengaran normal 7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugolaris 8) Dada : simetris kanan dan kiri, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar wheezing, suara nafas baik, jantung tidak ada mur-mur. 9) Payudara : simetris kanan/kiri, puting menonjol, tidak ada benjolan, keadaan kurang bersih, terjadi pembengkakan 10) Abdomen : TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, terdapat strie albican 11) Genetalia : genetalia kurang bersih, tidak ada luka heating, lochea alba, tidak ada oedema dan hemoroid. 12) Ekstremitas : Atas : simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas digerakkan, lengkap, kurang bersih, kuku pada jari tangan panjang-panjang dan kotor Bawah : simetris kanan-kiri, tidak ada cacat, bebas di gerakan, lengkap kurang bersih, kuku pada jari kaki panjang dan kotor tidak ada varices dan oedema. II. INTERPRESTASI DATA DASAR A. Diagnosa Ibu P3Ao post partum 2 minggu dengan depresi post partum Dasar : Ibu P3Ao post partum tanggal 21 Juli 2007 pukul 14.00 WIB Ibu mengatakan sulit tidur, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak mau mendekati bayinya, tidak ada perhatian terhadap penampilannya dengan keadaan ibu yang kotor dan lemah. B. Masalah Gangguan pemenuhan nutrisi Dasar : a. P3Ao post partum tanggal 21 Juli 2007 pukul 14.00 WIB b. Ibu tidak nafsu makan c. Ibu makan 2 kali sehari dengan porsi ½ piring nasi, ¼ mangkuk sayur dan lauk pauk Gangguan pola istirahat Dasar : a. P3Ao post partum tanggal 21 Juli 2007 pukul 14.00 WIB b. Ibu mengatakan sulit tidur, tidur 4-5 jam/hari c. Ibu tidak pernah tidur siang Gangguan personal hygiene Dasar : a. Ibu tidak perhatian terhadap dirinya dengan keadaan tubuh yang kotor b. Ibu tidak mandi 1x seminggu c. Ibu cuci rambut 1 x seminggu d. Ibu tidak mau merawat diri C. Kebutuhan 1. Informasi perawatan bayi sehari-hari 2. Pemenuhan nutrisi ibu nifas 3. Penyuluhan personal hygiene 4. Penanganan depresi post partum III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL 1. Potensial terjadi depresi berat Dasar : a. Ibu sulit tidur b. Ibu merasa sedih c. Ibu tidak mau melihat apalagi mendekati bayinya d. Ibu tidak ada perhatian terhadap penampilah dirinya 2. Potensial mastitis dan abses Dasar : a. Keadaan payudara yang kotor b. Air susu yang tidak disusukan pada anaknya IV. KEBUTUHAN TERHADAP INTERVENSI DAN KOLABORASI SEGERA Kolaborasi dengan dokter atau psikiater untuk mendapat terapi V. PERENCANAAN ASUHAN 1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini a. Jelaskan pada ibu bahwa ibu menderita depresi post partum yaitu depresi setelah melahirkan karena tidak mengingkan anak perempuan. b. Libatkan keluarga untuk membantu ibu untuk beristirahat, melakukan aktivitas dan melakukan interaksi dengan bayinya. 2. Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital a. Memantau keadaan ibu apakah masih lemah dan kusut b. Memantau TD, nadi, suhu dan pernafasan ibu 3. Bantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene a. Anjurkan pada ibu untuk makan 3 x sehari dengan menu yang sehat dan bergizi. b. Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan dengan mandi sehari 2 kali, mencuci rambut 2 hari 1 kali, memotong kuku dan membersihkan payudara. 4. Ajarkan tentang perawatan bayi a. Ajarkan cara memandikan bayi b. Ajarkan tentang cara perawatan tali pusat c. Ajarkan pada ibu tentang pemenuhan nutrisi yang baik untuk bayi 5. Libatkan keluarga dan teman-teman terdekatnya untuk memberi dukungan dan semangat 6. Jelaskan faktor-faktor yang memperberat depresi dan cara penanganannya a. Jelaskan hal-hal lain yang bisa menambah berat depresi b. Ajarkan ibu bagaimana cara penanganan, depresi postpartum 7. Kolaborasi dengan dokter atau psikiater VI. IMPLEMENTASI ATAU PELAKSANAAN 1. a. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini bahwa ibu menderita, depresi post partum yaitu depresi setelah melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan hormonal, dukungan sosial, emotional relation ship (teman dekat) komunikasi dan kedekatan, setruktur keluarga, antropologi, perkawinan, demografi, psikososial dan lingkungan b. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami depresi karena tidak menghendaki lahirnya anak perempuan, oleh karena itu beri penjelasan pada ibu bahwa anak perempuan maupun laki-laki sama saja, karena sama-sama titipan Tuhan. 2. Mengobservasi keadaan ibu yaitu tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan ibu, melihat apakah ibu masih lemah 3. Membantu ibu memenuhi kebutuhan nutrisi dan personal hygiene dengan cara menganjurkan ibu untuk makan 3 x sehari dengan menu yang sehat dan bergizi, ibu bisa makan nasi dengan lauk, seperti tempe, tahu, telor, ikan, atau daging. Ibu anjurkan banyak makan buah untuk memulihkan keadaan. 4. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi yang benar, mandi lap, dan mandi rendam. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat dengan kasa steril, kasa tidak boleh basah dengan alkohol atau betadin. Alkohol atau betadin hanya dioles dengan cotenbooth 5. Menganjurkan keluarga dan teman-teman terdekat untuk memberi dukungan untuk membantu ibu menjalin interaksi dengan anaknya dengan cara menggendong bayinya, menyusuinya 6. Menjelaskan pada ibu bahwa ada

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

1 komentar:

  1. New rules set for casinos: New rules set for casinos - Dr.MCD
    All players 화성 출장안마 can participate in 제주 출장샵 a gaming session and that is 강원도 출장마사지 good news 안동 출장마사지 for players. It will not only provide a gaming bonus but also help increase the 보령 출장안마

    BalasHapus